"Bukankah kita sering membahas masalah proses, sebelum
menjadi kaya, orang kaya pasti menjalani sebuah proses untuk mencapai
kesuksesan, hidup itu penuh liku-liku tidak mungkin proses yg dijalaninya
mudah, pasti sebelumnya ia mengalami betapa kerasnya hidup" Ucap kim
sembari meminum air dalam botol yg sedari tadi dipegangnya.
"Sepertinya kau lebih memahami teori tentang kehidupan
dibanding teori tentang cinta" Ucap pie membuat kim tersedak karna pie
mulai menggabungkan 2 pembahasan yg cukup rumit.
"Aku memahami teori tentang cinta hanya saja aku
menyisihkannya saat ini, Aku menyisihkannya bukan berarti aku
menyisahkannya" Ucap kim membuat Pie bingung.
"Menyisihkan dan menyisakan bukankah dua kata yg hampir sama
maknanya?" Tanya Pie seolah minta penjelasan.
"Kau menyebutnya dgn kata hampir berarti tidak benar-benar
sama, Artinya 'Menyisihkan' dengan 'Menyisakan' mempunyai makna yg berbeda.
Katakanlah kau memesan sepiring nasi goreng di restoran dan ingin
membaginya dengan orang di rumah. Menyisihkan berarti mengambil dulu sebagian
dari nasi itu untuk dibungkus. Sisanya baru kau makan.
Menyisakan berarti sebaliknya. Kau santap dulu nasi goreng itu
sampai kenyang. Sisanya baru dibungkus untuk dibawa pulang.
Menyisihkan itu mengutamakan.
Menyisakan itu menomor duakan" Ucap kim menjelaskan dgn
kalimat pengibaratannya.
"Apa alasanmu menyisihkannya?" Tanya pie kembali menatap
kim.
"Dia bukan menyisihkannya, hanya saja tidak ada yg jatuh
cinta padanya, dengan penampilannya seperti ini bahkan dia sendiri tidak tau
ketertarikkannya lebih ke wanita atau pada laki-laki" Ucap yam asal,
membuat Kim kini menatapnya dgn tatapan siap akan menghabisinya.
"Jika aku menyukai seorang perempuan aku tau itu adalah suatu
kesalahan, tapi kali ini sepertinya aku sedang melakukan kesalahan" Ucap
kim menatap yam.
"Apa itu artinya kau sedang menyukai seorang perempuan?"
Tanya Pie dgn mimik muka serius.
Kim hanya menjawab dgn mengatakan kata PERI CANTIK.
"Peri Cantik? Apakah kau menyukai seorang peri?" Tanya
Nerd mulai bingung.
Kim hanya menganggukkan kepalanya sembari mengembangkan senyumnya,
seperti orang yg tengah dimabuk asmara cinta.
***
"Ini bukan cinta pandangan pertama, bahkan ketika pertemuan
pertamaku dengannya aku sempat melupakannya. Jika ada istilah yg mengatakan
cinta pada pandangan kedua, mungkin aku sedang mengalami cinta pada pandangan
kedua, ketika aku bertemu dengannya pada pertemuan kedua, aku seperti melihat
peri dalam dirinya" Ucap kim sedikit berlebihan dan mulai membayangkan
orang yg disebutnya sebagai peri cantik.
"Jika kau melihatnya sebagai sosok peri aku rasa itu hanya
rasa kagummu terhadapnya, mengapa kau dgn mudah memponisnya sebagai
cinta?" Ucap yam meragukan apa yg di ucapkan kim.
"Aku tidak tau, yg jelas ketika mendengar orang menyebut
namanya, Aku merasa senang seperti ingin melihatnya lagi dan lagi. Apa ini
bukan cinta?" Ucap kim menatap yam yg mulai bingung dgn pendapatnya.
Nerd hampir menghabiskan air mineral dalam botol yg dipegangnya,
percakapan KimPie dan yam membuat tenggorokannya terasa kering, ia tak mengerti
apa yg menjadi pembahasan teman-temannya.
"Aku sependapat dgn yam bahwa kau hanya mengaguminya,
Katakanlah ketika kau mengagumi seorang publik figur yg sering muncul dalam
sebuah tayangan televisi pasti kau akan melihatnya terus menerus, ketika kau
tidak berada didepan televisi sekali pun, katakanlah kau hanya mendengar suara
orang dalam siaran menyebut namanya kau pasti akan bergegas melihat tayangan
dalam televisi tersebut karna kau ingin melihat idolamu" Ucap Nerd sangat
tiba-tiba dan spontan, membuat Kim dan yam melongo menatapnya bisa berkata
panjang dan cukup masuk akal.
"Bukankah ini masih dalam sebuah proses, nanti pada akhirnya
akan terjawab Peri Cantik yg disebut Kim ini memang cinta atau hanya sekedar
rasa kagum" Ucap pie menengahi perdebatan Kim dan kedua temannya, Pie
mulai menerka-nerka siapa Peri Cantik yg dimaksud kim.
"Aku mulai penasaran siapa peri cantik yg kau maksud"
Ucap pie penasaran.
"Kau bahkan sangat mengenalnya Pie" Ucap kim singkat
mulai memperlihatkan senyumnya.
"Jangan-jangan peri cantik yg kau maksud adalah Jane?"
Ucap pie menatap lekat wajah kim. Kim tidak mengatakan apa pun ia mulai diam
masih dgn senyumnya yg tak henti mengembang sejak pie membahas teori tentang
cinta.
***
Saat tiba dirumah,
Pie berdiri didepan cermin menatap bayangan wajahnya yang ada
dicermin sesekali merapihkan rambutnya yg berwarna merah kecoklatan.
Pie menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, hendak
melepas seluruh penat yang dirasa, seharian mengitari jalanan mengikuti Kim
naik bus ke bus membuatnya cukup merasa kelelahan.
Pikirannya kembali teringat akan kata peri cantik yg di ucapkan
kim, kata-kata itu seolah sedang mengusik pikirannya saat ini. Entahlah..
"Hati dan pikiranku tertuju padamu bagaikan virus yang menyebar
keseluruh tubuh yang menguasaiku dan membuatku lemah tak berdaya" Pie
menerima pesan dari Van.
"Selalu saja dia" Ucap pie tak bersemangat menutup
kembali ponselnya.
belum lama pie menutup ponselnya kini ponselnya kembali
mengeluarkan bunyi notif "Pie, besok kau bisa datang kan di acara
kita?" Sebuah pesan singkat dari peuy, Pie membalasnya dgn mengatakan iya.
Pie mulai memejamkan mata mencoba masuk kealam mimpi.
Pie membuka matanya saat beberapa kali ia dengar suara ponselnya,
slalu saja suara dering ponselnya yg membangunkannya.
Pie menggerutu melihat jam pada ponselnya sudah pukul 10:30 itu
artinya ia terlambat 30 menit dari waktu perjanjiannya dgn teman-temannya.
Pie mengambil handuk dan segera mandi, selesai mandi ponsel pie
pun tak henti berdering ada beberapa pangggilan tak terjawab dari Peuy dan
Jane.
"Iyaa aku segera datang, bentilah menelponku" Ucap pie
kesal sembari melangkahkan kakinya dgn cepat menuruni anak tangga rumahnya,
saat menginjakkan kaki dilantai pie menghentikan langkahnya, Ia melihat Van
tengah mengobrol dgn ayahnya.
"Pie kau sudah bangun?" Ucap Van tersenyum kearah pie.
"Maaf aku sedang buru-buru" Ucap pie melangkahkan
kakinya menuju pintu keluar.
"Aku kesini ingin menjemputmu, bukankah kau ingin menemui
Jane dan Peuy?" Ucap Van membuat pie bingung.
"Jane yg mengundangku" Van melanjutkan kata-katanya.
Pie menganggukkan kepalanya,
mengikuti Van masuk kedalam mobilnya.
Van melajukkan mobilnya sesekali bersenda gurau dgn Pie, tapi Pie
terlihat tak begitu bersemangat.
"Mengapa kau menjemputku?" Tanya pie tanpa melihat Van
yg lagi menyetir. Van menjawab bahwa seorang princess pantas untuk dijemput.
***
"Maaf aku sedikit terlambat" Ucap pie tanpa merasa
bersalah.
"Kau bilang ini sedikit terlambat? Ini setengah jam lebih
pie, kau benar-benar Keterlaluan" Dengus peuy jengkel.
"Jane, ada acara apa mengundangku kesini?" Tanya pie
mengacuhkan peuy yg tengah menekuk wajahnya.
"Hanya acara perkumpulan saja pie, karna akhir-akhir ini kau
mulai jarang terlihat diantara kami" Ucap Jane sedikit membuat ekspresi
sedih di wajahnya.
"Ah sudahlah jgn membuat suasana jadi buruk. Cheers!!"
Ucap pie sembari mengangkat minumnya, meminta teman-temannya untuk
mengikutinya.
Jane,Van dan Peuy pun mulai mengangkat minumnya mengikuti Pie.
"Pie malam ini kau ada acara?" Tanya Van mulai membuka
suara, Pie hanya menggelengkan kepalanya.
"Malam ini ada acara pembukaan pasar malam, aku rasa acaranya
cukup menyenangkan kita tidak pernah datang keacarah seperti itu, apa kau tidak
akan mencoba untuk melihatnya?" Ucap Van penuh harap.
"Aku rasa acaranya sangat menarik, boleh aku ikut?"
Tanya jane bersemangat.
"Apakah Kim boleh ikut serta denganku?" Tanya Pie
membuat Van mengerutkan keningnya.
"Itu ide bagus Pie, Aku rasa Van tidak keberatan" Ucap
Jane kini melirik Van.
"Tentu saja boleh" Ucap Van mengembangkan senyumnya.
"Apakah kalian akan menamakannya sebagai double date? Kalian
tidak mengajakku?" Tanya peuy kembali menekuk wajahnya.
"Jika kau tertarik, Aku bisa mengajak Nerd sekalian
peuy" Ucap pie menggoda peuy.
"Jika ada makhluk itu lebih baik aku menghabiskan waktuku
dirumah saja, karna bayangannya akan membuatku mimpi buruk" Ucap peuy
mulai tak bersemangat.
"Hati-hati peuy banyak teori yg mengatakan bahwa cinta
berawal dari kata benci" Ucap pie kembali menggoda peuy dgn kata teori.
"Aku tidak mempercayai teori itu pie, bahkan aku mulai curiga
padamu. Jangan-jangan kau tengah menjalani teori tersebut" Ucap peuy
membuat mimik wajah pie berubah seketika.
"Aku curiga mengapa kau tiba-tiba tertarik untuk mengajak
Kim, jangan-jangan kau mulai tidak normal." Peuy melanjutkan kata-katanya
balik menggoda Pie.
"Jangan menyamakan aku denganmu" Protes pie sembari
memukul kepala peuy dengan tasnya.
***
Pie menghubungi yam untuk bicara dgn Kim lewat telpon, kim awalnya
menolak ajakan Pie. Namun kim mengIYAkan setelah pie mengatakan Jane juga akan
datang ke acara pembukaan pasar malam dipusat kota.
Sebuah mobil terlihat menuju arah terminal, tak lama kemudian Kim
terlihat menaiki mobil tersebut tanpa kedua temannya.
"Aku pikir kau tidak akan ikut" Ucap Jane tersenyum
menatap kim yg berada disebelahnya.
"Aku ingin melihat seorang peri malam ini" Ucap kim
membuat Jane sedikit mengerutkan keningnya.
Pie melirik Kim dan Jane melalui kaca spion depan, Pie melihat senyum
Kim tak pernah lepas dari bibirnya. Mungkin ia terlalu senang berada didekat
Peri Cantik yg slalu mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.
Lamunan Pie buyar saat Van mengerem mobilnya secara mendadak saat
berhenti diparkiran hampir menabrak seorang bocah pengamen, membuat kepala Pie
sedikit terbentur.
"Kau tidak apa-apa pie?" Van mengelus kepala pie.
"Hanya sedikit terkejut" Ucap pie mengelus-elus
kepalanya.
"Aku tidak pernah jalan-jalan ketempat seperti ini
sebelumnya, ternyata sangat ramai" Ucap Jane pada kim setelah tiba
ditempat pembukaan pasar malam.
"Akhir-akhir ini aku juga mulai jarang ketempat seperti
ini" Ucap kim seperti tengah menghirup udara malam.
"Aku menyukai saat beberapa pengamen menghiburku dgn suara
mereka" Ucap Jane setelah memberikan beberapa lembar uang ribuan pada
bocah pengamen yg menghampiri mereka.
"Aku kembali seperti melihat sosok peri dalam dirimu"
Ucap kim tersenyum menatap Jane.
"Aku tidak mengerti kau slalu menyebut peri dalam ucapanmu,
Apakah kau sangat menyukai peri dalam dongeng?" Ucap Jane kembali menatap
Jane.
"Aku bahkan sangat menyukainya, Jika banyak orang mempercayai
bahwa peri hanya ada dalam dongeng, Aku mempercayai peri itu memang ada dalam
dunia nyata, hanya saja dia sembunyi dalam diri seseorang" Ucap kim
seperti memberi kode.
"Dalam dongeng peri tidak pernah jatuh cinta pada manusia,
jika kau mempercayai peri ada dalam dunia nyata. Berarti kau juga mempercayai
bahwa seseorang yg kau sebut peri tidak akan pernah jatuh cinta" Ucap pie
meninggalkan Kim dan Jane dgn langkah sulit artikan.
Van mempercepat langkahnya mengikuti Pie yg kini meninggalkannya.
***
"Dia bahkan lupa jika dongeng tentang peri beragam versi,
Jika di dunia nyata ada peri dalam sosok seseorang aku yakin dia pun akan
membuat versi baru alur ceritanya" Ucap kim menggeleng-gelengkan kepalanya
melihat pie meninggalkan mereka.
"Apa kau pernah jatuh cinta jane? Jika kau menjawab kau tidak
pernah jatuh cinta berarti apa yg di ucapkan Pie benar adanya bahwa peri tidak
pernah jatuh cinta" Ucap Kim secara tak langsung menyebut bahwa jane
seorang peri.
"Bahkan saat ini aku sedang jatuh cinta kim, Aku jatuh cinta
pada seseorang yg sangat dekat denganku saat ini" Ucap jane menatap Van
dan Pie yg berada didepan mereka.
"Maksudnya jarak antara kau dengan orang yg kau cintai
sekarang sangat dekat?" Tanya kim menaikkan sebelah alisnya sedikit
bingung. Jane menganggukkan kepalanya sedikit acuh sembari menarik pergelangan
tangan kim mendekati Pie dan Van yg tengah sibuk dgn sebuah permainan.
"Sebaiknya kau mempelajari teorinya dulu sebelum bermain,
lihat saja bahkan kau bermain dgn sangat buruk" Ucap kim membuat pie
menatap kesal kearahnya.
"Berhentilah mengeluarkan kata-kata teorimu dihadapanku, atau
kau akan ku habisi" Ucap pie melotot kini menghadap kearah kim.
"Kini aku percaya bahwa nenek sihir pun ada di dunia
nyata" Ucap kim seolah menyindir pie.
Pie memilih diam tidak mempedulikan ucapan kim.
"Van, aku ingin kesana" Ucap pie menarik tangan Van
menuju salah satu wahana yg ada diarea pasar malam, kaki pie tersandung hingga
pie tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya, Van dengan sigap menangkap tubuh
pie.
"Aku ingin waktu berhenti seperti ini Pie, aku ingin waktu
berhenti ketika jarak antara kita sangat dekat" Ucap Van memandang lekat
wajah pie
"Kim apa kau pernah mencintai seseorang yg kau sendiri tau
orang tersebut mencintai orang lain" Ucap Jane menatap Van dan Pie yg
tengah menjadi pusat perhatian beberapa orang.
Kim menatap Jane dgn tatapan penuh pertanyaan, pertanyaan apa
maksud dari ucapan Jane yg membuatnya mulai terlihat bingung.
"Aku tidak pernah merasakannya dan aku tidak ingin
merasakannya, karna aku tau mengejar orang yg sedang berlari jauh meninggalkan
kita itu percuma" Ucap kim masih berpikir mencerna ucapan Jane.
***
"Ketika kita mengejar orang yg sedang berlari jauh meninggalkan kita, kita tidak akan pernah bisa mengejarnya, bahkan kita hanya akan merasa kelelahan, atau bahkan kita akan tersesat ke hati lain karna jarak orang yg kita kejar sudah berada sangat jauh dari tempat kita berdiri" Kim melanjutkan kata-katanya.
"Ketika kita mengejar orang yg sedang berlari jauh meninggalkan kita, kita tidak akan pernah bisa mengejarnya, bahkan kita hanya akan merasa kelelahan, atau bahkan kita akan tersesat ke hati lain karna jarak orang yg kita kejar sudah berada sangat jauh dari tempat kita berdiri" Kim melanjutkan kata-katanya.
"Kau benar kim, Aku tau Van mencintai pie dari dulu, dan aku
masih mengharapkannya saat ini padahal aku tau itu percuma" Ucap Jane
masih menatap kearah Van dan Pie. "Maksudnya kau menyukai Van?" Tanya
kim mengeluarkan suara sedikit bergetar, Jane menganggukkan kepalanya.
"Jika ada jalan lain yg bisa menyesatkanku bahkan aku akan
memilih jalan itu, Aku tidak ingin berlari lagi karna itu sangat
melelahkan" Ucap Jane putus asa.
"Jika kau tetap yakin pada tujuanmu, bahkan seberapa banyak
liku-liku jalan yg ada kau akan tetap mengabaikannya, Rasa lelahmu tak
sebanding dgn harapanmu. Jadi untuk apa kau masih mempertanyakan jalan lain yg
kau sendiri enggan menapakkan kakimu pada jalan tersebut?" Ucap kim seolah
tengah berusaha menahan lututnya agar tak terjatuh.
"Kini aku merasakan apa yg kau rasakan Jane, saat ini kita
merasakan hal yg sama, kita sama-sama mengejar orang yg tengah berlari mengejar
orang lain, yg mungkin kita tak kan pernah bisa untuk mendekatinya" Ucap
kim kembali menatap wajah Jane yg masih terfokus menatap Van.
Cinta antara Kim,Pie,Jane dan Van seperti LINGKARAN yang tidak
mempunyai titik akhir dan tak berujung. Mereka seperti berlari saling kejar
mengejar.
Kim mengejar Jane, Jane mengejar Van, Van mengejar Pie. Lalu Pie??
Entahlah.. bahkan Pie tidak pernah mengatakan bahwa ia menyukai seseorang.
"Terimakasih" Ucap Pie melepas tangan Van yg masih
menahan keseimbangan tubuhnya.
"Tidak perlu berterimaksih pie, Aku menyukainya" Ucap
Van mengembangkan senyumnya.
"Tapi aku tidak menyukai orang yg berlebihan dalam
berkata" Ucap Pie seolah memperingatkan Van.
"Aku minta maaf, aku hanya bercanda pie" Van mengacak
rambut Pie.
"Sekali lagi kau mengacak rambutku, aku akan benar-benar
marah" Ucap pie sedikit mengeluarkan wajah galaknya.
"Kau semakin cantik ketika sedang marah pie" Ucap Van
masih dgn gombalannya, Membuat Pie kini menatap sinis kearahnya.
***
Senyum yg
sedari tadi terukir diwajah Kim, Kini mulai hilang, Kim mulai diam menatap
kearah luar jendela mobil yg membawanya menuju terminal, Bahkan tak ada
percakapan diantara empat orang yg berada didalam mobil, Setibanya diterminal
kim segera turun dan mengucapkan terimakasih dgn seulas senyum yg dipaksakan.
"Aku jatuh cinta dan patah hati, Aku menelan dua-duanya
sekaligus. Aku seperti terdampar pada hamparan bunga-bunga sakura musim semi di
jepang yang sangat indah namun juga tenggelam pada laut mati yang mengambangkan
tubuhku di air asinnya tanpa kepastian. Jika ini hanya sekedar rasa kagum
mengapa dadaku terasa sesak saat mengetahui bahwa cintanya untuk orang
lain?" Ucap kim melangkahkan kakinya kearah rumah kecil yg terdapat kedua
temannya tengah asik menikmati angin malam didepan rumah tersebut.
"Mengapa wajahmu terlihat sangat buruk, bukankah kau jalan
bersama peri cantikmu?" Ucap yam sedikit menggoda kim yg masih berdiri
didepan mereka dgn wajah tak bersemangat.
"Saat aku baru saja mulai berlari mendekatinya, Aku yakin dia
tidak akan berlari untuk meninggalkanku, Namun aku salah. Setelah aku berhasil
mendekatinya, ia berlari melanjutkan langkahnya. Aku pun sadar dia bukan
menungguku hanya saja berhenti sejenak untuk membuang rasa lelahnya, Aku
terlalu percaya diri mengiranya sedang menungguku" Ucap Kim mulai membuat
Nerd berpikir keras untuk memahami setiap ucapannya.
"Kau gagal pada tahap yg sebenarnya tidak menyulitkanmu, kau
bilang kau baru memulai langkahmu, bukankah tidak sulit untukmu kembali pada
pangkal jalan tempat awal kau berdiri sebelum kau mengejarnya" Ucap yam
berusaha memahami arti dari ucapan kim.
"Tapi saat ini aku merasa enggan untuk kembali, terlalu
sayang jika aku tidak melanjutkan langkahku yg baru saja aku mulai ini"
Ucap kim mulai menatap yam.
"Jika kau merasa enggan untuk kembali setidaknya kau tetap
pada posisimu, karna jika ada orang lain yg mengejarmu setidaknya kau tidak
membuat nasibnya sama denganmu" Ucap yam seolah meminta.
"Jika aku tetap menunggu pada tempat aku terjatuh maka aku
akan menjadi batu yg berlumut, bukankah dalam hidup slalu diajarkan kata terus
melangkah" Ucap Kim dan mulai meninggalkan kedua temannya.
***
Pagi yang tak bersahabat, Ketika hati menginginkan pagi yang
terang, Ketika raga menginginkan mentari benderang, Namun kenyataan tak seperti
yang terbayang.
Pagi yang menyambut seolah langit bersedih, tak ditemukan terang,
Benderang pun seakan sembunyi di balik mendung.
Awan meneteskan hujan, pagi bersambut gelap tertutup mendung.
Kini Kim seolah malu pada inginnya, Kecewa dengan harapnya, Betapa
ia mengharapkan terang benderang untuk harinya. Namun kini harapnya tak sesuai
keinginannya.
Pagi yang menyambut kini telah disadarinya, Telah di pahami dan
bahkan sangat mengerti. Bahwa manusia hanya merencanakan. Tuhan yang
memberikan, Pagi yang tak bersahabat seolah menggemuruh bersama hatinya yg
tengah merasa seperti kehilangan sebuah harapan tentang cinta.
Kim melangkahkan kakinya mengambil sebuah gitar kemudian mulai
memainkan jemarinya pada senar gitar yg menjadi teman setia dalam hidupnya.
Kim menatap langit yg masih menangis dipagi hari artinya tak ada
aktivitas yg bisa ia lakukan hari ini.
"Kau payah sekali Kim pagi-pagi sudah memperlihatkan wajah
murungmu, Bukankah masih ada pilihan untuk kita menyambut pagi dgn ceria, Hidup
adalah pilihan Kim, mengapa kau tidak memilih menyambut pagimu dgn wajah
sumringah?" Ucap yam mulai mendekati Kim yg termenung dgn gitarnya.
"Aku tidak percaya bahwa hidup adalah pilihan, jika hidup
adalah pilihan mengapa ia tidak membiarkan aku hidup dgn orang yg aku pilih?
Jika hidup adalah pilihan akan banyak pilihan yg akan aku buat
dalam hidupku.
Aku akan memilih menjadi orang kaya, Aku akan memilih tidak akan
hidup ditempat seperti ini, Aku akan memilih siapa saja yg akan menggenapi
hidupku.
Tapi nyatanya? Aahh bahkan aku tidak tau semua tentang
pilihan" Ucap kim menghelah nafas seperti putus asa.
"Kau selalu mengatakan sebuah proses dalam perjalanan hidup,
Apa kau tidak mempercayai bahwa apa yg kau pilih masih dalam sebuah proses
untuk menjadi sebuah kenyataan, hal yg kau pilih suatu saat bisa saja
benar-benar menjadi hal yg terpilih dalam hidupmu" Ucap yam ikut memandang
langit yg masih meneteskan hujan.
"Entahlah sepertinya aku mulai tak bisa menikmati sebuah
proses" Ucap kim pelan nyaris tak terdengar karna suara hujan pagi.
***
"Dari mana saja baru pulang jam segini? Dunia malam tidak
baik bagi seorang perempuan, Kapan kau akan mengubah kebiasaanmu kelayapan
dimalam hari seperti perempuan dipinggir jalan" Ucap ayah pie ketika pie
baru saja melangkahkan kakinya kedalam rumah.
"Ayah peduli apa padaku? Bukankah selama ini ayah tidak
pernah peduli terhadapku, bahkan ayah tak pernah peduli sedikit pun terhadap
ibu.
Ayah menyebutku seperti perempuan dipinggir jalan, bukankah ayah
dulu sangat menggilai perempuan-perempuan dipinggir jalan?" Ucap pie
mendengus menatap ayahnya.
"Dia bukan perempuan dipinggir jalan dia... " Ucap ayah
pie terputus.
"Bahkan sekarang pun ayah masih membelanya, sangat
memalukan" Ucap pie memotong kata-kata ayahnya.
"Ayah tidak membelanya, hanya saja ayah berkata tentang
kebenaran" Ucap ayah pie mulai mendekati Pie.
"Ayah seolah berkata tentang kebenaran, apakah pantas disebut
kebenaran ketika seorang ayah meninggalkan anaknya? Apakah pantas disebut
kebenaran saat seorang suami membiarkan istrinya mengurus anaknya sendirian?
Apakah itu defenisi kebenaran yg sebenarnya bagi ayah?" Ucap pie terlihat
bendungan airmata dipelopak matanya.
"Ayah tau ayah salah, ayah benar-benar menyesal sangat
menyesal pie, Ayah tidak pernah benar-benar meninggalkanmu, tidak pernah
benar-benar meninggalkan ibumu. Hanya saja.."Ucap ayah pie lagi2 terputus.
"Ayah mengatakan kata tidak 'benar-benar' mungkin ayah lupa
bahwa ibu 'benar-benar' meninggal karna sebuah kecelakaan ketika mencari ayah
yg kata ayah tidak 'benar-benar' itu." Pie memotong ucapan ayahnya.
"Didunia ini, didunia lain. Ayah tetap ayah kandungmu, ayah
benar2 minta maaf" Ucap ayah pie mulai memeluk Pie.
"Jika kata maaf begitu mudah diucapkan, Apakah kesalahan juga
begitu mudah dilakukan? Jika kata maaf dapat menyelesaikan segalanya, Apa semua
perlakuan yang tak selayaknya dapat dilakukan seenaknya? Jika kata maaf dapat
mengobati hati yang luka, Apa begitu mudah juga untuk melukai hati orang lain?
Jika semua dapat terbayar dengan kata maaf saja, Apakah semua perlakuan itu
dapat dibalas semudah mengucapkan 'Maaf' saja?" Ucap pie melepas paksa
pelukan ayahnya.
***
Pie meninggalkan rumahnya, kembali melajukkan mobilnya kejalan
raya, menuju sebuah rumah yg mulai terlihat sepi.
Pie beberapa kali menekan tombol tanda pemberitahuan bahwa ada
tamu datang, tidak ada tanda bahwa ada orang didalam rumah tersebut.
"Mungkin jane sudah tidur" Pie melihat jam pada
pergelangan tangannya menunjukkan pukul 00:00 pas tengah malam.
Pie kembali seperti pengukur jalan mengitari jalan raya yg mulai
terlihat sepi.
Hingga mobilnya kembali terhenti didepan sebuah rumah, ia mulai
mengetuk pintu rumah tersebut berharap orang yg ditemuinya membuka pintu
untuknya.
"Pie, mengapa bertamu ditengah malam seperti ini?" Ucap
peuy sedikit terkejut.
"Akuu... " Kata-kata pie terputus saat ia melihat ada
seorang laki-laki yg tengah telanjang dada menatap kearahnya.
"Tidak apa-apa, lanjutkan!" Ucap pie berbisik pada peuy,
seolah memahami bahwa peuy sedang bersama kekasihnya. Entahlah.. Pie
meninggalkan rumah peuy dgn langkah seolah tidak terjadi apa-apa padanya. Peuy
buru-buru menutup pintu rumahnya "Tidak seperti biasanya pie datang
kerumahku tengah malam seperti ini, bahkan dia tidak cerewet seperti biasanya
saat bertemu denganku, Aku curiga yg datang tadi bukan pie" Ucap peuy
mulai memegang tengkuknya yg terasa merinding.
Pie melihat jam yg melingkar pada pergelangan tangannya, Jam
menunjukkan hampir pukul 1 malam artinya hampir 1jam ia menghabiskan waktu
dijalanan, Pie memutuskan untuk kembali pulang kerumahnya, tapi egonya
menuntutnya agar tidak pulang kerumah. Kemarahannya pada ayahnya membuat ia
bertekad tak akan pulang kerumah.
Pie menjatuhkan wajahnya pada setir pengemudi mobilnya, ia tidak
tau harus pulang kemana, hingga pada akhirnya pie seperti menemukan jalan
keluar dalam kebimbangannya.
"Terminal, iyaa terminal" Ucap pie mulai melajukkan
mobilnya dgn kecepatan tinggi, jalanan yg memang sudah terlihat sepi membuat
pie lebih cepat berada diterminal.
Cukup lama pie hanya diam dalam mobilnya, ia merasa bimbang untuk
keluar dari mobilnya.
"Aku tau mereka orang baik, tapi aku belum begitu akrab dgn
mereka. Apa mereka mau menerimaku" Ucap pie dalam kebimbangannya.
"Ah aku harus mencobanya, tidak ada pilihan lain" Ucap
pie mulai keluar dari mobilnya.
***
Pie memberanikan diri mengetuk pintu rumah kecil yg bermukim
diarea terminal. Pie seolah menepis semua rasa bimbangnya.
Cukup lama pie berdiri didepan pintu rumah tersebut sesekali ia
melihat keadaan disekeliling terminal yg memang cukup menyeramkan, hingga
ketika pie kembali membalikkan badannya menghadap pintu, Pie berteriak menutup
kedua matanya dgn kedua telapak tangannya.
Pie terkejut dgn sosok orang yg membuka pintu untuknya sosok kaku
yg yg terlihat masih setengah menutup matanya, Nerd yg setengah menutup matanya
karna rasa kantuk seketika membuka matanya lebar melihat sosok orang yg tengah
berteriak didepannya.
Kim dan yam tak kalah terkejut mendengar teriakan dari arah pintu,
mereka pun bergegas keluar kamar.
"Apa yg terjadi nerd?" Tanya yam melihat nerd yg sudah
berada didepan pintu.
Pie menghentikan teriakannya dan mulai membuka matanya ketika
mendengar suara yg cukup ia kenal dari arah dalam.
"Mengapa kau bertamu semalam ini?" Tanya yam heran.
"Ceritanya panjang, Akuu.. bolehkah aku menginap
disini?" Tanya pie sedikit gugup.
Kim dan yam saling tatap beberapa saat, kemudian yam menarik
tangan pie masuk kedalam rumah mereka.
"Kau lihat sendiri pie kamarku kecil, aku juga berdua bersama
nerd sepertinya tidak akan cukup untuk bertiga" Ucap yam seperti menyesali
keadaannya.
"Kau bisa tidur bersama kim dikamarnya, jika kau mau. Kim
sendirian" Ucap nerd polos tanpa melihat kearah kim.
"Kamarku terlalu kecil untuk berdua" Ucap kim acuh
kemudian berlalu masuk kedalam kamarnya.
"Kalau begitu aku tidur diluar saja, aku mohon" Ucap pie
menatap yam dgn tatapan memohon.
Yam menganggukkan kepalanya kemudian mengambil bantal dan selimut
seadanya untuk Pie.
"Apa kau tidak apa-apa tidur diluar? Aku merasa tidak enak
padamu" Ucap yam tak enak hati.
"Tidak apa-apa, dgn kau membiarkan aku tidur disini saja itu
sudah lebih dari cukup" Ucap pie mulai mengambil selimut dan bantal yg
diberikan yam padanya.
Yam dan Nerd berlalu meninggalkan pie yg mulai berbaring diluar
kamar.
Pie mulai memejamkan matanya karna memang matanya sudah terasa
sangat berat. Namun, belum lama pie memejamkan matanya ia terbangun terusik
akan suara nyamuk yg seperti bernyanyi ditelinganya.
***
"Nyamuk-nyamuk menyebalkan" Gerutu pie mulai duduk dari
posisi berbaringnya.
"Dia bahkan membiarkan aku tidur diluar bersama nyamuk-nyamuk
ini, dimana hati nuraninya" Pie jengkel mulai melirik kearah kamar kim.
"Kau tau? hidup ini tidak mudah. Belajar lah menghargai hidup
bla bla bla. Menyebalkan" Ucap pie menggerak-gerakkan bibirnya seolah
meniru ucapan kim.
Pie bangkit berdiri mulai mengambil bantal dan selimutnya ia
berjalan mengendap-endap masuk kedalam kamar kim.
Melihat kim tidur dgn nyenyak, Pie mulai berbaring disebelah kim
pelan2 tanpa membuat pergerakan berlebihan yg membangunkan kim.
Pie mulai memejamkan matanya dgn polos disebelah kim, begitu pun
kim terlihat tidak terganggu dgn kedatangan pie yg tidur disebelahnya. Tak ada
lagi nyamuk-nyamuk nakal yg bersuara nyaring ditelinga Pie, Pie kini terlelap
karna memang matanya sudah terasa sangat berat karna rasa kantuk.
Yam dan Nerd terlihat menyambut pagi lebih dulu dari kim, yam
melihat tak ada lagi Pie diluar kamar mereka, bahkan bantal dan selimutnya juga
tak terlihat.
"Apa mungkin yg datang tadi malam bukan pie? aneh sekali
datang kesini tengah malam, bukankah dia mempunyai teman? Tidak mungkin dia
memilih untuk menginap disini" Ucap Nerd menerka, mulai mendekati yam yg
juga tengah menerka-nerka.
"Lantas, jika bukan pie siapa yg datang tadi malam?"
Ucap yam mulai memegang tengkuknya. Nerd menggelengkan kepalanya, matanya mulai
menerawang keadaan dalam rumah mereka.
Yam dan Nerd berjalan beriringan menuju kamar kim untuk
membangunkannya.
Yam dan Nerd saling tatap satu sama lain melihat Kim tidur dgn
memeluk Pie seperti guling, kakinya naik sebelah ditubuh pie dan tangannya
seperti memeluk tubuh pie seolah pie adalah gulingnya. Sedangkan pie tetap pada
posisi terlentangnya.
Nerd terlihat mulai mengeluarkan cairan merah dari dua lubang
kembar diatas bibirnya, Yam yg melihat nerd seperti kebahisan oksigen
menyaksikan Kim tidur pulas dgn guling barunya segera menarik tangan Nerd
keluar kamar Kim, sebelum nerd benar-benar ambruk pingsan.
"Bagaimana bisa? Bukankah tadi malam kim tidak mengijinkannya
tidur dikamarnya?" Ucap yam berbisik heran. Nerd masih kaku mulai mengelap
cairan merah dari hidungnya.
***
Kim membuka matanya saat merasakan ada hembusan angin
menghangatkan lehernya, Kim mengucek matanya melihat sosok pie kini berada
disampingnya yg tengah berbaring menghadap ke arahnya, sangat dekat hingga
hembusan nafas pie pun terasa begitu hangat dilehernya.
Kim bangkit dari posisi berbaringnya mulai menggerak-gerakkan
tubuh pie kasar, namun pie tak juga bergeming dari posisinya.
"Baiklah! Kau yg mengajariku bahwa praktek lebih penting, aku
mengetahui bahwa membangunkan orang susah dibangunkan saat tidur adalah dgn
menyiramkan air" Kim bergegas keluar kamar untuk mengambil air.
"Aku seperti pernah melihat wajah ini" Ucap Kim mulai
menatap lekat wajah pie yg tengah terlelap.
"Wajah ini seperti tak asing bagiku, tapi.. Ah aku tidak bisa
mengingatnya dgn baik" Ucap Kim berpikir keras mengingat2 sesuatu. Kim
meletakkan gelas berisi air yg tadi dibawanya, Ia merasa tidak tega untuk
membangunkan pie yg seperti tengah kelelahan, Kim meninggalkan Pie tanpa
membangunkannya yg masih tertidur pulas dikamarnya.
"Kau pandai sekali berdrama, bahkan aku tertipu dgn peran
antagonis yg kau perankan semalam" Ucap Nerd membuat Kim tersedak saat kim
menikmati segelas teh hangat ditangannya.
"Kau mulai pandai memakai sebuah istilah dalam ucapanmu, Kali
ini aku tidak memahaminya" Ucap kim menaikkan sebelah alisnya.
"Semalam kau berlagak seolah kau sangat tak ingin dia tidur
sekamar denganmu, tapi tadi kami melihatnya kalian tidur dgn begitu mesra.
Bahkan kau sangat menikmatinya" Ucap Nerd menjelaskan maksud ucapannya.
"Aku tidak berdrama, aku tidak tau tiba-tiba dia berada
dikamarku" Protes kim menaikkan nada bicaranya.
"Dia tidak hanya berada dikamarmu kim, bahkan dia berada
dipelukanmu, Kau memeluknya seperti guling. Bagaimana mungkin kau tidak
mengetahuinya. Pasti kau yg memintanya untuk pindah kekamarmu, jgn ngeles"
Ucap yam ikut membuat kim kesal.
"Apa kau menyukainya?" Tanya nerd mengedip2kan matanya
menatap kim.
"Apa yg kalian bicarakan, kalian membuat selera makanku
hilang" Ucap kim menjauhkan piring berisi nasi goreng yg baru saja
disantapnya beberapa sendok.
***
Pie keluar kamar sembari berdehem menyapa ketiga penghuni rumah
mungil tersebut yg sedang asik berbincang
"Pie duduklah" Yam meminta pie duduk dilantai mengikuti
mereka untuk sarapan.
"Apa kalian sedang sarapan?" Tanya pie melihat ketiga
teman barunya tengah menikmati secangkir teh hangat masing2 didepan mereka.
Yam menganggukkan kepala, mulai memberikan sepiring nasi goreng
dgn sepotong telur seperti dipotong kecil.
"Apa ini telur? Aku tidak pernah melihat telur yg dimasak
seperti ini dirumah" Ucap pie merasa heran melihat telur yg dimasak tanpa
ada bulatan seperti mata sapi.
"Ini namanya telur dadar, kami biasa memasak telur seperti
ini agar cukup untuk dibagi" Ucap yam tersenyum kearah pie.
"Kau terlalu banyak tanya, jika kau tidak menyukainya kau
tidak usah memakannya, inilah cara orang miskin seperti kami bertahan
hidup" Ucap kim mengambil kembali piring yg berada ditangan pie.
"Aku hanya bertanya tentang apa yg tidak aku ketahui, mengapa
kau terlihat marah padaku? Jika kau tak ingin menjawabnya sebaiknya kau diam
saja. Bukankah aku bertanya pada yam bukan padamu" Ucap pie mendengus
menatap kim.
"Kau bukan bertanya, kau seperti menghina kehidupan
kami" Ucap kim mulai sensitif.
"Inikah cara penikmat hidup menikmati arti sebuah kehidupan?
Dgn gampang tersinggung? Aku yakin jika kau terlalu sensitif menilai setiap
perbuatan atau ucapan orang-orang padamu kau tidak akan bisa menikmati
kehidupanmu, kau akan slalu merasa orang tengah menghinamu. Padahal belum tentu
begitu adanya" Ucap pie mengambil kembali piring berisi nasi goreng yg tadi
diletakan kim dilantai, Pie mulai menyuap nasi goreng dgn lahap melupakan bahwa
ia belum mencuci muka.
"Tadi kalian membuatku mimisan karna kemesraan kalian ketika
tidur, tapi sekarang kalian membuatku jantungan karna terikan kalian. Bisakah
kalian tidak berdrama lagi dihadapan kami?" Ucap nerd mengira KimPie
tengah berpura-pura saling nyolot dihadapannya.
"Sekali lagi kau mengatakan bahwa aku sedang berdrama, akan
ku pastikan aku akan membuat jantungmu bener2 berhenti saat ini" Ucap kim
melotot menatap nerd.
"Sudahlah peran antagonismu kali ini tidak bisa mengelabuiku,
Aku tau kau tengah berpura2 marah padaku" Ucap nerd polos
***
"Boleh aku ikut bersama kalian lagi hari ini?" Tanya pie
ketika melihat kim mulai mengambil gitarnya.
"Dari pada kau membuang-buang waktumu dijalanan, lebih baik
kau pulang" Ucap kim berlalu meninggalkan Pie.
"Aku tidak ingin pulang, Aku masih ingin disini untuk
memahami arti sebuah kehidupan" Ucap pie mengikuti kim, berharap kim
membiarkannya tinggal bersama mereka.
"Apa yg membuatmu berlari ketempat ini? jika kau mengatakan
alasanmu hanya untuk memahami arti sebuah kehidupan, aku akan benar-benar
mengusirmu dari rumahku" Ucap kim mempercepat langkahnya.
"Baiklah aku akan menceritakannya padamu, tapi kau harus
janji akan membiarkanku tinggal disini" Ucap pie kini menghadang langkah
kim.
"Bagaimana bisa kau memintaku berjanji sedangkan kau belum
menceritakannya padaku, bisa saja kau kabur kesini karna kau sedang dalam
pengejaran polisi. Aku tidak ingin menolong seorang buronan" Ucap kim
menyingkirkan pie dari hadapannya.
"Jika ayahmu meninggalkanmu saat kau butuh sosok seorang ayah
untuk melengkapi hidupmu, Jika ayahmu meninggalkan ibumu saat ibumu membutuhkan
sosok seorang suami untuk menggenapinya, jika ayahmu menghianati ibumu demi
perempuan dipinggir jalan yg digilainya, sebenarnya masih banyak JIKA yg tidak
aku umpamakan tapi sudahlah, bagaimana jika kau mengalami JIKA yg sebenarnya
benar2 ku alami saat ini apa kau akan memaafkan ayahmu?" Ucap pie membuat
kim menghentikan langkahnya.
"Aku yakin hati kecilku tidak akan bisa memaafkannya, tapi
ibuku slalu mengajarkanku untuk slalu memaafkan sebesar apapun kesalahan yg
orang perbuat padaku" Ucap kim mulai menatap pie.
"Di otakku sekarang, kata 'Maaf' terdengar, terlihat, terasa
hina dan munafik. 'Maaf' tidak bisa menyelamatkan semuanya, tidak bisa
membenarkan apa yang salah. 'Maaf' tidak bisa mengembalikan semua air mata yang
sudah keluar dari mata. 'Maaf' tidak bisa meredakan rasa sakit yang mengekang
hati. Karna kata 'Maaf' yg diucapkan ayah tidak akan bisa membuat ibu hidup
kembali, Aku benci kata 'Maaf' yg slalu di ucapkan ayah. Mengapa ayah tidak
mengucapkannya ketika ibu masih hidup?" Ucap pie mulai meneteskan airmata.
Kim memberikan sapu tangannya pada pie membiarkan pie meluapkan emosinya.
***
"Kau tau pie? Sesuatu yang benar tidak akan selamanya benar,
dan sesuatu yang salah tidak akan selamanya salah. Persepsi tentang itu
merupakan sebuah kalimat pandangan yang memang benar adanya, karena pada
hakikatnya manusia tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, yang ada
manusia selalu berusaha untuk menjadi benar. Namun kebenaran adalah sesuatu
yang relatif, tidak berporos pada suatu pasal – pasal tertentu yang menyatakan
kalau suatu sifat atau perbuatan tersebut benar. Tuhan selalu memberi kesempatan
pada orang yg berbuat salah untuk berbuat benar, Bukankah Tuhan selalu
memaafkan orang yg berbuat salah?" Ucap kim mulai menatap lekat wajah pie.
"Sayangnya aku bukan Tuhan kim, Aku pie manusia biasa yg
mempunyai hati, dan hatiku sekarang terdapat luka menganga yg tak kunjung
sembuh.
Aku tidak tau siapa yang menciptakan kata 'Maaf' untuk pertama
kali. Kata yang sebelumnya aku kira kata paling ajaib, kata paling luar biasa
di antara kata lainnya. Kata yang dengan mudahnya bisa merubah keadaan. Dulu,
sekarang tidak lagi berlaku untuk hidupku.
Apa yang aku sadari detik ini, Aku tidak pernah akan percaya lagi
pada kemampuan kata 'Maaf'. Seseorang mengubahku, Ia yang menyebabkanku tidak
percaya, tidak akan pernah percaya pada kata 'Maaf'. Aku meyakini bahwa semua
masalah tidak akan selesai hanya dengan kata 'Maaf', semua kesalahan belum
tentu terluruskan hanya dengan kata 'Maaf'." Ucap pie balas menatap lekat
wajah kim.
"Kau tidak mau memaafkan, pasti kau sendiri yg akan merasakan
akibatnya karena memelihara ingatan dengan segala konsekuensinya yang membuat
kita 'sakit hati' atau 'sakit pikir' Memelihara dendam karena orang lain
menyakiti hati kita adalah seperti menelan racun sambil berharap orang lainlah
yang akan mati! padahal racun itu akan membunuhmu sendiri" Ucap kim mulai
mengalihkan tatapannya.
"Apa kau pikir kesalahan bisa diselesaikan dgn kata 'Maaf'
saja? Tidak kim, tidak!! Kalau masalah hanya bisa diselesaikan dgn kata 'Maaf',
tidak bakal ada penjara buat mereka yang berbuat salah, kalau kesalahan hanya
bisa diselesaikan dgn kata 'Maaf', tidak bakal ada neraka buat mereka yg
melakukan kesalahan semasa hidupnya" Ucap pie tetap keras kepala.
***
"Ikut aku" Ucap kim tiba-tiba menarik pergelangan tangan
pie.
Kim mendekati salah seorang yg terlihat seperti brandalan, kim
tiba-tiba memukul keras wajah brandalan tersebut, faktanya tidak ada orang diam
saja ketika dipukul, begitu pun kim, Ia mendapat balasan setimpal diwajahnya.
"Maaf aku.. " Ucap kim meminta maaf. Orang yg tadi
memukul kim dan siap akan menghabisi kim kini melepaskannya.
"Kau lihat pie, bahwa kata 'Maaf' bisa menyelesaikan
segalanya, dgn kata 'Maaf' aku bisa meluluhkan hati brandal tersebut padahal
jelas-jelas aku melakukan kesalahan padanya dgn tiba-tiba memukul keras
wajahnya, andai kata brandalan tadi tidak memaafkanku bisa saja dia
menghabisiku saat ini, dan kau tau jika dia tidak memaafkanku dan menghajarku
sampai mati dia akan berurusan dgn penjara.
'Maaf' dan 'Memaafkan' adalah kata yg bisa membuat masalah berat
menjadi ringan, kata yg bisa membuat masalah besar menjadi kecil. Lantas
mengapa kau mempersulit masalahmu dgn tidak memaafkan??" Ucap kim kembali
mendekati pie dan mulai memegang bagian wajahnya yg lebam akibat pukulan keras
brandal terminal.
Pie diam sesaat kemudian membawa kim menuju pasar yg terdapat
diarea terminal, Pie mengambil sebuah gucci dari dagangan salah satu pedagang
kaki lima tanpa membelinya, kemudian pie menghempaskan gucci tersebut dijalan
beraspal membuat gucci tersebut pecah seribu.
"Apa yg kau lakukan, kau tau ini berapa harganya? Ini sangat
mahal" Ucap pemilik gucci yg dipecahkan pie marah.
"Maaf aku..." Ucap pie memelas kearah pemilik gucci.
"Apa kau pikir dgn kata 'maaf' saja kau bisa mengembalikan
bentuk utuh gucci ini" ucap pedagang itu marah dan siap menghajar pie.
"Maafkan aku, aku akan mengganti rugi. Berapa harga yg harus
aku ganti?" Ucap pie mulai mengambil uangnya setelah pedagang itu
menyebutkan harga yg harus ia ganti.
"Kau lihat kim gucci ini tidak bisa disatukan lagi, begitu
pun dgn hatiku. Ayah membuat hatiku hancur dan takkan bisa dikembalikan pada
bentuk utuhnya.
Kau lihat dgn kata 'Maaf' saja pedagan itu tidak bisa memaafkan
kesalahanku, ketika aku minta 'Maaf' dan menggantinya dgn uang dia bisa
memaafkanku. Jelas kan bahwa 'Maaf' saja tidak cukup" Ucap pie mengikuti
cara praktek kim.
***
Pie menarik kim untuk menepi duduk disebuah warung kecil dipinggir
jalan terminal, Pie meminta es batu beserta meminjam kain tipis kemudian
membungkus kantung es kedalam kain tipis yg dipinjamnya.
"Kau cukup mengajariku tentang teori, tidak perlu melakukan
praktek sekeras ini" Ucap pie mulai menempelkan kantung es yg dibalut kain
tipis disekitar bekas memar diwajah kim.
"Kau tau pie memaafkan bagaikan terjun ke dalam jurang tetapi
bukan untuk bunuh diri, memang terasa berat tapi percayalah memaafkan tidak
membuatmu sakit" Ucap kim mulai meringis saat pie menekan pelan bagian
memar pada wajahnya.
"Kau belum pernah merasakannya, jadi kau mudah mengatakan
bahwa memaafkan bla bla bla bla.. berhenti lah berkata tentang teori yg belum
pernah kau praktekan, atau aku akan menekan memar diwajahmu ini" Ucap pie
mulai menekan kasar memar diwajah kim dgn kantung es yg dibalutnya dgn kain
tipis.
Kim meringis kesakitan mulai memegang tangan pie yg sedari tadi
mengompres memar diwajahnya, sesaat mata mereka bertemu tapi kim dgn cepat
mengalihkan tatapannya.
"Aku bahkan pernah merasakannya, kisah kita hampir sama pie,
bahkan kita sama, sama-sama tak memiliki sosok seorang ibu lagi di dunia ini,
bedanya mungkin kau masih mempunyai sosok seorang ayah, tapi aku? Ahh sudahlah
aku tidak ingin membahasnya" Ucap kim mulai beranjak dari posisinya.
"Ayahmu juga sudah meninggal? Maaf aku tidak bermaksud..."
kata-kata pie terputus saat tiba-tiba kim menarik pergelangan tangannya menaiki
sebuah bus. Pie tersenyum menatap kim dgn senyum sulit untuk di artikan,
matanya memandang aneh pada wajah kim yg berdiri dihadapannya.
"Apa ada yg aneh pada wajahku? Mengapa kau tersenyum dgn
tatapan itu" Ucap kim mulai memegang2 wajahnya.
"Mungkin benar kata nerd bahwa kau pandai berdrama memerankan
tokoh antagonis, tadi kau berlagak tidak mengijinkanku ikut denganmu, tapi kau
malah menarik tanganku menaiki bus ini, bahkan sekarang tanganmu masih memegang
erat tanganku" Ucap pie melirik tangan kim yg masih menggenggam erat
tangannya.
"Aku hanya lupa untuk melepaskannya, Ah sudahlah" Ucap
kim sembari melepas tangannya yg masih menggenggam erat tangan pie.
***
"Apa kau akan mengatakan bahwa kau hanya lupa lagi? Bahkan
kau sepanjang perjalanan dalam bus hanya diam saja tidak menyanyikan satu buah
lagu pun, Bukankah tujuanmu untuk mengamen?" Ucap pie saat kim lagi-lagi
menariknya turun dari bus.
"Aku tidak lupa, hanya saja aku melupakannya" Ucap kim
mulai ngeles.
"Kau bilang kau melupakannya, Bukankah hanya akan
membuang-buang waktumu saja menaiki bus tanpa arah tujuan seperti ini, Bukankah
kau tidak suka membuang-buang waktumu?" Ucap pie memukul pelan lengan kim.
"Kau yg membuatku melupakannya, maksudku karna kau terlalu
cerewet jadi aku sedikit linglung" Ucap kim seadanya.
"Kau tau kim, satu kata yang mampu membuat orang pintar
menjadi linglung, dan yang pendiam berubah menjadi penyair itu adalah jatuh
cinta. Apa kau sedang jatuh cinta?" Tanya pie dgn teorinya.
"Teorimu tanpa alasan yg jelas" Ucap kim acuh.
"Teoriku sangat beralasan, saat kepincut dengan seseorang,
otak akan melepaskan oksitosin yang dapat merusak memori. Inilah yang membuat
seseorang ketika jatuh cinta suka linglung" Ucap pie seperti membayangkan
sesuatu.
"Sekarang kau mulai berteori, sepertinya teori memang lebih
penting" Ucap kim menjulurkan lidahnya kearah pie seperti tengah meledek.
"Tetap saja praktek lebih penting, ketika dalam belajar
komputer bukankah lebih di utamakan prakteknya karena dgn praktek tanpa
disadari kita sudah mempelajari teori itu sendiri" Ucap pie tak mau kalah.
"Kau tentu pernah mempelajari pelajaran matematika kan?
Ketika kita belajar matematika kita mempelajari teorinya dulu kemudian baru
mengerjakan soalnya. Soal disana di ibaratkan prakteknya. apabila soal dulu yg
dikerjakan mungkin kau tidak akan bisa menjawab soal tersebut bila tanpa
teorinya dulu" Ucap kim menaikan alisnya merasa menang.
"Aah sudahlah mungkin keduanya sama-sama penting praktek 60%
dan teori 40%" Ucap pie sedikit mengalah.
"Kau bilang sama-sama penting mengapa kau tidak membaginya
rata menjadi 50% dan 50%?" Ucap kim protes, Pie hanya tersenyum nakal
menatap kim yg seperti tengah dirugikan.
KimPie kembali menaiki bus yg melewati mereka, kali ini mereka
tidak melupakan tujuannya. Mereka mulai menyanyikan lagu demi lagu disetiap bus
yg membawa mereka.
***
"Kalian pulang malam seperti ini karna membuat tatto
ini?" Tanya nerd memegang bagian wajah kim yg memar berbentuk bulat.
"Apa ini terlihat seperti sebuah tatto?" Ucap kim kesal.
"Aku tau ini tidak terlihat seperti tatto, aku tau ini bekas
pukulan, aku hanya ingin mengucapkan kalimatku menggunakan kata pengibaratan
seperti kalimat-kalimatmu" Ucap nerd polos.
"Kata pengibaratanmu tidak masuk akal, jika kau mengatakan
pengibaratan seperti tadi hanya ingin terlihat jenius, malah sebaliknya kau akan
dianggap orang tidak waras, karna kekacauan kalimat yg kau ucapan" Ucap
kim mulai terkekeh di ikuti Pie dan Yam.
Kim menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai masuk kedalam
kamarnya di ikuti pie.
"Mengapa kau masuk kedalam kamarku, Aku akan melepas bajuku.
Apa kau mau mengintip?" Ucap kim memakai kembali baju yg tadi ingin
dilepasnya.
"Mulai sekarang ini menjadi kamar kita berdua, jadi aku pun
bebas berada disini" Ucap pie tidak tau malu, dan kini membuat kim menatap
sinis kearahnya.
"Kamar kita berdua? Sejak kapan aku mengatakan IYA? Ini
kamarku, bukan kamar kita berdua" protes kim.
"Apa kau tak ingin baikan denganku? Kita bisa menjadi teman
baik" Ucap pie seolah menawar.
"Aku tidak yakin bisa berteman baik denganmu, bahkan didalam
dirimu ada sosok nenek sihir" Ucap kim mengambil handuknya dan
meninggalkan pie.
"Kau hanya tau dongeng tentang kejahatan nenek sihir, kau
tidak tau bahwa tidak semua sihir yg dimilikinya adalah sihir jahat" Ucap
pie sedikit berteriak karna kim mulai masuk kedalam bilik kecil yg mereka sebut
sebagai kamar mandi.
"Pie kau dimana? Kemarin ayahmu kerumahku mencarimu, kau juga
tidak memberitahuku keberadaanmu. Apa kau kabur lagi?" Tanya jane lewat
sambungan telpon.
"Ceritanya panjang. Sekarang aku tinggal dirumah kim,
sebaiknya kau jgn memberitahu ayah" Pinta pie.
"Aku bahkan tidak mempercayainya kau bisa bertahan hidup
ditempat seperti itu Pie, Sejak kapan seorang pie bisa hidup susah. Apa kau
yakin tetap tidak akan pulang?" Tanya jane tidak yakin.
"Kau jangan menanyakan tentang keyakinanku, bahkan aku merasa
lebih terhibur disini" Ucap pie yakin.
"Apa itu karna Kim?" Tanya jane singkat.
Pie tidak menjawab, ia lebih memilih memutuskan telponnya.
***
"Seharusnya kau tidak melepas pakaianmu disini" Ucap kim
memalingkan wajahnya saat pie tanpa canggung melepas pakaiannya didepan kim.
"Mengapa kau memalingkan wajahmu? Kita kan sama-sama
perempuan, lagian kau tau aku tidak bisa melepas ini" Ucap pie berusaha
melepas kaitan bra-nya.
Kim membelakangi pie dgn terus menyisir rambutnya "Kau bisa
minta tolong yam atau nerd untuk melepasnya, aku sibuk" Ucap kim menolak
saat pie mulai meminta kim untuk melepas kaitan bra-nya lagi.
"Kita kan sekamar, tidak mungkin aku meminta orang lain untuk
melepasnya" Ucap pie sedikit memaksa.
"Berapa lama lagi kau tinggal disini?" Ucap kim mulai
menghadap pie.
"Apa kau mengusirku? Aku mulai melihat sosok nenek sihir
dalam dirimu" Ucap pie mengikuti cara bicara kim.
"Jangan banyak bicara, kau ingin aku melepasnya atau
tidak?" Ucap kim mulai membalikkan tubuh pie untuk melepas kaitan bra pie.
"Bukankah dari tadi kau yg terlalu banyak bicara, coba jika
tadi kau tidak banyak bicara dan langsung melepas kaitan bra-ku, urusannya
tidak akan panjang" Ucap pie mulai membalutkan handuk ditubuhnya.
Pie melangkahkan kakinya keluar kamar untuk mandi, ia mulai
sedikit terbiasa mandi dalam bilik kecil yg terdapat dirumah mungil Kim.
KimPie, yam dan nerd terlihat tengah makan malam duduk lesehan dilantai
masing-masing duduk bersilah.
"Aku menyukai cara makan dgn duduk dilantai seperti ini, Aku
tidak pernah makan dgn duduk dilantai seperti ini padahal manfaatnya bagus bagi
kesehatan" Ucap pie mulai mengisi piringnya dgn nasi.
"Ini cara sederhana, namun lebih terasa kekeluargaannya"
Sambung nerd diselah kuyaannya.
"Iyaa kau benar nerd, dan yg paling penting ketika kita duduk
di lantai, jantung mendapat manfaat sirkulasi darah karena mudah dipompa
melalui jantung untuk semua orang yang membutuhkan pencernaan. Pola sirkulasi
ini berbeda ketika Anda duduk di kursi makan, di mana darah mengalir ke kaki
karena mereka lebih rendah dibanding jantung. Untuk itu, duduk di lantai saat
makan seperti ini benar2 memberi manfaat kesehatan, karena membuat jantung sehat
dan otot kuat sehingga membantu mengatasi tekanan di kehidupan
sehari-hari" Ucap pie mulai berteori membuat kim kini sedikit meliriknya
dgn senyum.
***
"Kasur ini terasa sempit, kau membuat cuaca dalam kamar ini
semakin panas" Ucap kim seolah tidak ikhlas pie berbaring disebelahnya.
"Apa yg kau lakukan" Ucap kim ketika pie tiba2 bangkit
duduk dan mengipas2kan kertas kearah kim yg tengah berbaring.
"Katanya kau kepanasan, aku sedang mengipasimu" Ucap pie
tersenyum ikhlas menatap kim.
"Aku tidak percaya nenek sihir akan melakukan ini" Ucap
kim tersenyum meledek pie dan mulai memejamkan matanya.
"Nenek sihir namanya saja yg terkenal dgn peran antagonisnya
dalam dongeng, namun tetap saja ia seseorang yg mempunyai hati" Ucap pie
membela diri.
"Kim, pernahkah kau merasa bimbang ketika akan memulai
langkahmu?" Tanya pie masih mengipas-ngipaskan kertas kearah kim yg tengah
berbaring memejamkan matanya.
"Aku tidak pernah bimbang ketika aku akan mulai mengayunkan
kakiku untuk menggapai tujuanku, namun saat ini aku bimbang ketika sudah berada
diseperempat jalan yg aku tuju,aku terhenti karna keadaan yg memaksaku berhenti
aku merasa bimbang untuk terus melangkah atau kembali" Ucap kim tanpa
membuka matanya.
"Kita bahkan sama2 mengalami sebuah dilema, cuma bedanya aku
bimbang untuk bergerak atau tetap pada posisiku membiarkan takdir Tuhan akan
membawa arah langkahku kemana. Aku bimbang karna langkahku menuju arah yg
salah, meski aku tau itu salah namun aku cukup penasaran untuk mencoba
melewatinya" Ucap pie tetap pada posisi duduknya.
"Hanya sekedar melewatinya? kau hanya akan membuat orang yg
kau lewati penasaran, Jika orang yg kau lewati memintamu untuk berhenti dan
menetap denganmu, bagaimana? Kau akan berhenti atau terus melewatinya begitu
saja? Sama saja kau memberi harapan pada seseorang, ketika kau berhasil
membuatnya berharap kau akan mematahkan harapannya.
Kau boleh bergerak cepat dan bergegas.
Jangan terburu-buru sampai lupa makna proses menuju tujuan.
Karena pengalaman terbaik, biasanya didapatkan ketika kita
menjalani proses itu sendiri. Dan menjalani, tentu bukan sekedar melewati"
Ucap kim mulai membuka matanya yg sedari tadi tertutup.
"Aku tidak memberinya harapan hanya saja aku ingin melangkah
menuruti kata hatiku, Tapi... " Ucap pie mulai menguap mulai berbaring
disebelah kim. Tak ada lagi protes dari kim.
***
Dari kejauhan terlihat Jane dan Peuy tengah menunggu Pie di area
terminal, sesekali terlihat ada beberapa brandal terminal yg menggoda Jane.
"Untung kau cepat datang, hampir saja aku diperkosa brandal
terminal" Ucap peuy saat pie mendekati mereka.
"Aku rasa orang gila pun tidak akan tertarik padamu
peuy" Ucap Pie mulai membully peuy.
"Tadi aku ingin mengatakan bahwa aku merindukanmu, karna kau lagi-lagi
membullyku aku jadi sangat ingin kau berada lebih lama lagi ditempat ini, agar
kau tak mempunyai kesempatan lagi untuk membullyku" Ucap peuy mulai
jengkel pada pie.
"Kapan kau akan pulang kerumahmu? Ayahmu terus
menghubungiku" Ucap Jane mengikuti langkah pie menuju rumah kim.
"Aku tidak akan pulang, entah sampai waktu yg tak
ditentukan" Ucap pie mulai duduk dibangku yg terdapat didepan rumah kim di
ikuti kedua temannya.
"Disini sangat panas, mengapa kau terlihat betah tinggal
disini? Suasananya juga terlihat kumuh" Ucap peuy sambil
mengipas-ngipaskan tangannya yg gemulai.
"Kau lihat wajahmu bahkan lebih terlihat kumuh, seharusnya
kau ikut keliling seperti banci kaleng disana" Ucap nerd jengkel mendengar
ucapan peuy.
"Kau menyebutku apa tadi? Kau tidak lihat wajahmu bahkan
seperti penampakan disiang bolong, dan kau tiba-tiba muncul persis
penampakan" Ucap peuy tak kalah kasar.
Pie dan Jane meninggalkan kedua makhluk ajaib yg sedang perang
bacot, bahkan Nerd dan Peuy tak menyadari jika pie dan jane meninggalkan
mereka.
"Pe.. oh jane kapan kau datang?" Tanya kim sedikit gugup
saat melihat jane bersama pie.
"Beberapa menit lalu, sudah lama aku tidak melihatmu, kau
semakin tampan" Ucap jane melihat kim dgn potongan rambut barunya.
"Jika orang seperti ini kau bilang tampan, maka orang di
dunia ini tidak ada yg bertampang buruk" Pie menyelah dgn nada sewotnya.
"Bukankah tadi kau mengatakan bahwa aku terlihat lebih tampan
dgn potongan rambut baruku" Ucap kim mengada-ada.
"Benarkah Pie berkata seperti itu? Dia bahkan tidak pernah
mengatakan kata tampan pada satu laki-laki pun. Jika dia mengatakan kau tampan
berartinya kau memang tampan" Ucap jane melirik pie dan membuat kim
semakin merasa menang.
"Ah sudahlah kau hanya akan membuatnya besar kepala"
Ucap pie mulai kesal.
***
"Teruslah melangkah kejar tujuanmu, Aku yakin kau akan tiba
pada penghujung jalan dimana kau akan menemukannya sedang berhenti karna
kelelahan berlari" Ucap kim seolah memberi semangat pada jane ketika jane
pamit pulang.
Entahlah itu bentuk dukungan karna memang kim sudah ikhlas
melepaskan atau bahkan bentuk dukungan karna kim tak ingin melihat orang yg
berhasil mencuri hatinya gagal mengejar kebahagiaannya.
"Aku sudah berada dipertengahan jalan, aku tidak akan
menyerah" Ucap jane tersenyum kearah kim sebelum kemudian melajukan
mobilnya meninggalkan terminal.
Pie menyikut keras perut kim ketika mobil jane hilang dari
pandangan mereka.
"Apa yg kau lakukan" Protes kim memegangi perutnya yg
terasa sakit.
"Kau seperti mata keranjang, bahkan pandanganmu tak lepas
dari jane" Ucap pie meninggalkan kim.
Kim mengejar pie yg menuju arah danau tak jauh dari terminal.
"Marah-marah tandanya cemburu" Ucap kim membuat pie kini
menyipitkan matanya menatap kim.
"Aku cemburu? Percaya diri sekali kau bilang aku cemburu, aku
hanya tidak suka melihat orang mata keranjang" Elak pie sedikit nyolot.
"Bukankah kau selama ini diam saja ketika melihat mata-mata
keranjang tengah menggodamu, kau bahkan tidak menyikut mereka dgn sikut
runcingmu itu" Ucap kim masih memegangi perutnya.
"Karna kau pantas mendapatkannya, bahkan dgn menyikutmu saja
itu tidak cukup" Ucap pie menendang kaki kim kemudian berlalu
meninggalkannya
"Jika aku memang mata keranjang dan aku menggodamu, apa kau
akan tetap menyikutku?" Ucap kim menarik pergelangan tangan pie yg akan
meninggalkannya.
"Aku memang mata keranjang, dan aku akan menggodamu seperti
ini" Ucap kim mendekatkan posisinya dgn pie yg sudah berhadapan, Kim mulai
menjalankan pelan jari-jarinya pada lengan terbuka pie yg memang sedang memakai
baju tanpa lengan.
Kim mendekatkan wajahnya pada wajah pie hampir tak berjarak,
bahkan nafas KimPie mulai saling menghangatkan wajah masing-masing.
"Kau bahkan memejamkan matamu, berarti kau menyukai jika aku
mata keranjang hanya padamu." Ucap kim terkekeh membuat pie membuka
matanya dan sadar bahwa kim hanya mengerjainya.
Pie menendang kaki kim kemudian meninggalkannya dgn perasaan malu,
marah, kesal Entahlah...
***
'Terbiasa'
Ya...Itulah kata yg tepat yg bisa menggambarkan KimPie saat ini.
'Terbiasa' berarti 'Mampu' melakukan suatu hal yg menurut mereka
tak bisa di lakukan. Seperti hal nya KimPie..Terbiasa dgn kebersamaan mereka yg
kadang masih ada cekcok karna ingin menang sendiri.
Kim mulai terbiasa dgn malam2 mendengar suara pie sebelum tidur,
Kim mulai terbiasa bertukar saling kipas dgn pie sebelum tidur, Bahkan kim
mulai terbiasa melepas kaitan bra pie ketika pie memintanya.
Faktanya cinta sering bersemi karna kata 'Terbiasa'. Cinta tumbuh
di akibatkan karena intensitas pertemuan yang begitu sering.
"Pie, apa kau tetap tak ingin pulang kerumahmu? Aku khawatir
ayahmu akan sangat cemas, ini sudah satu minggu kau disini" Ucap kim masih
berbaring disebelah pie.
"Apa kau mengusirku lagi? Aku masih enggan bertemu ayah"
Ucap pie mulai berbalik ke arah kim.
"Aku tidak mengusirmu, bahkan tidak akan mengusirmu lagi,
hanya saja aku mengkhawatirkanmu tapi aku lebih mengkhawatirkan jika kau pulang
kau akan melupakan tempat ini" Ucap kim tetap pada posisinya.
"Kau tau kim Khawatir itu tanda peduli, peduli itu tanda
sayang, sayang itu tanda tak mau kehilangan. Apa kau takut kehilanganku?"
Ucap pie sedikit menggoda kim.
"Kau mulai berteori sendiri, aku lebih takut jika kau akan
memperkosaku, lihat saja matamu slalu menatap lekat wajahku" Ucap kim
mulai menghadap pie membuat mata mereka saling bertemu.
"Bagaimana jika aku membuatmu benar-benar takut kehilanganku?
Kau tau, aku tidak akan berteori seperti yg sering kau lakukan, aku lebih
menyukai praktek, dan aku akan mempraktekkan caraku membuatmu takut
kehilanganku" Ucap pie terdengar seperti berbisik karna kini jarak
wajahnya dan wajah kim sangat dekat.
"Apa kau akan mempraktekkan cara bunuh diri padaku? Agar aku
merasa kehilanganmu?" Tanya kim polos.
"Itu cara yg konyol kim, jika aku bunuh diri kemudian aku
mati aku tidak akan bisa melihat caraku berhasil atau tidak" Ucap pie
tersenyum menatap kim yg tengah kebingungan.
Pie mulai mendekatkan wajahnya dgn kim, kini pie terlihat mulai
mendaratkan bibirnya ke bibir kim untuk mempraktekkan caranya yg entahlah
mungkin ia menamakannya dgn cara unik.
***
"Aku tidak pernah melakukan praktek yang satu ini, bahkan aku
tidak memahami teori tentang yg satu ini" Ucap kim saat pie melepas
ciumannya.
"Ciuman akan membuat seseorang ketagihan.
Ketika kau merasakannya aku rasa kau akan ketagihan dan ketika kau
ketagihan aku yakin kau akan melakukannya lagi dan lagi, ketika kau akan
melakukannya lagi aku yakin pasti kau akan mencariku, jika aku tidak ada
didekatmu aku pun yakin kau akan merasa kehilanganku. Seperti kau kehilangan
obat candumu" Ucap pie percaya diri mengatakan bahwa kim akan merasa
kehilangannya. Kim hanya diam sibuk dgn pikirannnya yg tengah bingung dgn apa
yg dikatakan Pie.
"Apa yg kau rasakan??" Tanya pie menatap wajah salah
tingkah kim.
"Aku tidak tau, aku benar-benar tidak tau. Hatiku terasa
aneh, degup jantungku juga terasa aneh, sepertinya ada yg menyumbat lubang
pernafasanku, saat ini terasa sulit untukku bernafas. Ini tidak bisa di
deskripsikan dgn kata-kata" Ucap kim polos.
"Apa kau ingin mempraktekkannya sekali lagi? Agar kau bisa
mendeskripsikan arti ciuman dgn kata-katamu" Ucap Pie memberi penawaran.
"Jika dgn mengulangnya aku bisa memahami teorinya, Aku ingin
mempraktekkannya lagi agar aku bisa menyimpulkan teori tentang praktekmu
ini" Ucap kim kembali mendekatkan bibirnya ke bibir pie.
Kim mulai mendaratkan bibirnya ke bibir pie, ia mulai melumat
pelan bibir pie dgn posisi mereka masih berbaring saling berhadapan, hingga kim
tanpa sadar mengubah posisi pie menjadi terlentang, Kini kim menjelajahi bibir
pie lebih leluasa tanpa berpindah ketempat lain fokusnya hanya pada bibir
mungil pie. Cukup lama kim menikmati prakteknya, sebuah praktek yg membuat
otaknya mulai tak karuan, sebuah praktek yg membuat bibirnya seolah menikmati
sesuatu yg menimbulkan candu hingga kim merasa enggan untuk melepas bibirnya,
sebuah praktek yg membuat hatinya seolah tengah disiram bercampur rasa, sebuah
praktek yg mungkin kini ingin dilakukannya lagi dan lagi. Inilah sebuah praktek
yg diajarkan pie tanpa sebuah teori.
"Sepertinya aku sedikit tertarik dgn praktek2mu" Ucap
kim setelah melepas ciumannya.
"Aku rasa kau bukan tertarik pada praktekku, tapi kau mulai
tertarik padaku" Ucap pie lagi-lagi percaya diri.
***
"Apa kau akan kembali ketempat ini?" Tanya kim saat
mengantar pie kemobilnya.
"Kim, aku percaya kebersamaan kita meski terbilang sebentar
jelas tidak terjadi secara tak sengaja. Aku yakin, sangat yakin, bahwa Tuhan
jauh-jauh hari telah menggariskan. Kau dan aku, yang patut ku sebut kebahagiaan.
Tentu saja aku akan menemui kebahagiaanku dimana pun ia berada" Ucap pie
yakin tersenyum kearah kim.
Kim menganggukkan kepalanya, mengerti maksud kalimat pie, namun
kim pura-pura acuh.
"Mungkin banyak orang yg akan berkata tentang sebuah pilihan
lurus atau penyimpang, mungkin mereka akan memintaku memilih jalan lurus karna
kebenaran berada di depannya, karna kata penyimpangan sudah pasti salah. Tapi
aku tidak peduli terhadap pilihan orang lain karna aku yakin, dgn jalan yg aku
pilih saat ini.
Hal terpenting yang seharusnya aku pikirkan sekarang memang
bukanlah tentang mereka. Bukan pula tentang segala sesuatu yang dianggap tabu.
Seharusnya aku memikirkan diriku sendiri. Memikirkan bagaimana aku bisa menjadi
lebih peduli terhadap perasaanku. Karena apa pun yang kita lakukan, mereka
tidak akan pernah melihat kita menangis.
Mereka hanya tau bahwa kita kuat. Sehingga tak masalah bagi mereka
untuk terus mencincang hati dan pikiran kita. Jadi, Aku hanya akan peduli
terhadap apa yang ku rasa, bukan pada apa yg mereka pilih" Ucap pie
panjang.
"Kau tau pie? Biasanya pasangan-pasangan yang lebih memilih
berhubungan dengan komitmen menggunakan pola pikir yang lebih dewasa, mereka
menjalani hubungan didasari dengan cinta dan logika, bukan sekedar suka,
sayang, tembak lalu jadian. Mereka cenderung menjalani hubungan karena memang
sudah sama-sama nyaman dan saling cocok dan tidak ada yang namanya
tembak-tembakan karena menurutku prosesi tembak-menembak itu hanyalah sebuah
formalitas bagi para remaja untuk mencapai status pasangan kekasih. Aku tau kau
lebih menyukai praktek daripada teori, anggap saja disini kita tidak memerlukan
sebuah teori, tidak memerlukan kalimat-kalimat cinta untuk sebuah ungkapan
rasa" Ucap kim seolah tengah memperjelas hubungan mereka.
Kata 'Terbiasa' seolah menjebak Kim menyukai sosok nenek sihir,
kata 'Terbiasa' seolah membuat Pie tak mampu berjalan lurus.
***
"Pulanglah ayahmu pasti mencemaskanmu" Kim meminta pie
segera pulang.
"Apa kau tak ingin memelukku untuk yg terakhir kalinya? Apa
kau juga tidak memahami teori tentang sebuah pelukan?" Tanya pie sedikit
manja.
"Aku tau teori tentang pelukan bahwa pelukan bisa membuat
kita panjang umur, melindungi dari penyakit, mengatasi stress dan depresi,
mempererat suatu hubungan. Dan ketika seseorang disentuh, hemoglobin dalam
darah meningkat hingga suplai oksigen ke jantung dan otak lebih lancar, tubuh
menjadi lebih sehat" Ucap kim mulai berteori kemudian praktek memeluk pie.
"Aku hanya tidak tau teori tentang ciuman, aku benar-benar
belum bisa mendeskripsikannya kedalam sebuah teori" Ucap kim masih memeluk
pie.
"Berapa banyak praktek ciuman yg harus kau praktekan agar kau
bisa mendeskripsikan ciuman kedalam teorimu?" Tanya pie sedikit serius.
"Aku tidak tau, mungkin aku tidak akan pernah bisa
mendeskripsikannya kedalam teoriku" Ucap kim semakin mempererat
pelukannya.
"Apa kau ingin mempraktekkannya lagi?" Tanya pie mulai
melepas pelukannya, kemudian membuka pintu mobilnya menarik kim masuk kedalam
mobilnya.
"Lakukanlah" Ucap pie mulai membuat pernafasan kim
seperti tersumbat.
"Didalam mobil?" Tanya kim menatap pie.
Pie tidak menjawab pertanyaan kim, tangannya mulai menarik kepala
kim mendekat kearahnya, Ia memulai sebuah praktek yg sudah pernah mereka
lakukan sebelumnya. Pie membawa kim kedalam permainannya, Jika tadi kim hanya
menerima tanpa membalas kini kim mulai terlihat menggerakan bibirnya mengikuti
praktek yg kembali diajarkan pie padanya, Kali ini kim tidak hanya berfokus
pada satu tempat ia mulai menjelajahi telinga pie membuat pie sedikit
menggelinjang ketika nafas kim terasa ditelinganya, kim beralih mencium leher
pie yg memang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
KimPie terkejut saat mendengar klakson mobil yg tengah mengklakson
mobil mereka yg memang sedikit menghadang jalan. Kim menghentikan
penjelajahannya yg baru saja menuju dada pie yg berhasil sedikit ia buka.
Pie membenarkan rambut dan bajunya yg terlihat acak-acakkan ia
mulai turun dari mobil di ikuti kim dan pindah duduk didepan setir, Pie
menepikan mobilnya.
"Prakteknya gagal" Ucap kim sedikit kecewa.
***
"Praktek ini tidak gagal hanya saja terganggu jadi sedikit
tertunda" Ucap pie ketika melihat wajah kecewa kim.
"Hey Bukankah masih banyak waktu untuk menyelesaikan praktek
yg tertunda ini? Tenanglah aku akan mengajarimu hingga kau benar2 memahaminya
dan bisa mendeskripsikannya kedalam teorimu" Ucap pie melihat kim yg masih
terlihat kecewa.
"Aku mengerti, hanya saja aku sedikit kecewa karna prakteknya
gagal sebelum aku benar2 memahaminya" Ucap kim seolah belum memahami
prakteknya.
"Aku janji akan kembali kesini, karna aku akan
bertanggungjawab mengajarimu sampai kau benar2 paham" Ucap pie tersenyum
sebelum akhirnya melajukan mobilnya pergi dari terminal.
"Aku lebih memilih untuk tidak memahaminya selamanya, karna
aku ingin kau mempraktekkannya lagi dan lagi. Karna praktekmu membuatku bahkan
melupakan teori2 yg mengatakan bahwa berciuman sama bahayanya dengan merokok,
Sebuah penelitian menemukan bahwa setiap kali seseorang berciuman selama 10
detik, maka sekitar 80 juta kuman akan berpindah dari orang tersebut pada
pasangannya dan pasangan yang sering berciuman setiap hari pun pada akhirnya
memiliki jenis kuman yang hampir sama. Bahkan aku mulai ingin mempraktekkannya
setiap hari" Gumam kim setelah mobil pie tak terlihat oleh pandangannya.
Pie melajukkan mobilnya meninggalkan terminal yg memberinya banyak
pelajaran tentang hidup, yg mengajarinya sebuah teori dan praktek dalam satu
waktu.
Pie menginjakkan kaki dirumahnya dgn langkah sedikit gontai, ia
tidak melihat ayahnya ada dirumah. Hanya terlihat seorang asisten rumah tangga
yg sibuk menghujaninya dgn pertanyaan darimana, kemana dll.
Pie mulai melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju
kamarnya, ia mulai berbaring diatas kasur empuk yg sudah satu minggu lebih ia
tinggalkan.
"Ternyata kau benar-benar nenek sihir yg bisa menyihirku
untuk kembali, Kau menyihirku untuk tidak melanjutkan langkahku yg tengah
mengejar Peri Cantik yg sebenarnya aku pun baru menyadarinya bahwa aku hanya
sekedar mengaguminya bukan mencintainya. Karna jika aku mencintainya tidak
mungkin aku menyerah begitu saja dgn kembali pada jalan awal yg kini ada sosok
nenek sihir yg aku temui" Pie menerima pesan dari kim melalui nomor ponsel
yam.
BERSAMBUNG...
Author: @thebutterfl1es_
0 komentar:
Post a Comment