Wednesday, July 26, 2017

The Terminal Part I



Terminal, adalah ruang lingkup kehidupan yang begitu keras dimanapun kita berada. Berbagai macam kehidupan ditemui di terminal, mulai dari yang biasa saja, sampai yang paling mengenaskan. Di sebuah terminal di kota tempat Kim dan kedua sahabatnya tinggal (Yam & Nerd), Kim belajar kerasnya hidup. Kadang Nerd sahabat Kim terpaksa hidup layaknya manusia tidak normal yg menadahkan tangannya untuk meminta-minta, pengalaman ikut terjaring razia patroli orang 'tidak jelas' juga sudah beberapa kali di alami Nerd.
Memang terminal sering identik dengan kehidupan keras dan panas. Bagaimana tidak panas, setiap hari kena asap bus dan panasnya matahari. 
Belum lagi mereka bersaing mencari nafkah, seperti yg dilakukan Kim dgn kegiatannya setiap hari sebagai pengamen dari satu bus ke bus yang lain sudah biasa dilakukannya. Kerasnya kehidupan diterminal tidak membuat Kim putus asa untuk menjalani skenario Tuhan.
Meski dipenghujung waktu penantian Kim terlukis kenangan miris yang membuat sukma menjerit rintihan hati yang kerap dirasakan Kim mengingat kematian ibunya karna kerasnya hidup.
Rasa kan meninggalkan coretan-coretan hitam yang tak pernah hilang entah dimana cerita ini akan berakhir mungkinkah akan berakhir dengan harapan yg nyata tinta-tinta yg Kim harap bisa membuat hidupnya berwarna malah menumpahkan satu warna hitam yg membuat lara gelap, Kelam, hanya itu yang terlihat warna itu yg selalu ada.. Kapankah penantian Kim akan tiba menanti pertemuannya dgn ayahnya satu-satunya keluarga yg ia punya, tapi Kim tidak pernah melihat sosok ayahnya lagi sejak ia berumur 10thn.
Aktifitas diterminal mencengangkan yang terjadi setiap gelap menyongsong hingga matahari akan kembali terbit adalah hal yang biasa ditemui tiga orang sahabat yg memang dari kecil hidup disekitar terminal. Iyaa mereka adalah Kim, Yam dan Nerd. Kehidupan gelap dalam container barang yang terparkir di lapangan bongkar muat barang hingga mengenal istilah “kopi pangku” adalah potongan pengalaman lain yang mereka alami. Ketidak adilan dan kriminalitas adalah rutinitas yang biasa disaksikan oleh banyak orang termasuk ketiga sahabat ini setiap hari.

***

Dikala sang surya menampakan diri, Burung burung berterbangan hinggap di pohon, Daun dan ranting memainkan musik tertiup angin, Di tengah pohon terlihat ranting menari nari.

Sinar sang surya dengan gagahnya menembus apapun.Tidak ada siapapun berani menghalanginya, Suara mulai terdengar disana sini, Begitu kuat dan bergemuruh menggulung di depannya.
Tampak manusia manusia yang penuh semangat, penuh harapan, Langkah kaki silih berganti menginjakan kakinya menuju kendaraan, Kendaraan besi melesat pergi kadangkala cepat atau lambat.
Waktu bergerak terus maju yang tidak mengenal kompromi.
Terlihat Yam tengah menghias wajah temannya dgn sedikit memoles bagian-bagian wajahnya dgn warna terkesan horror terpadu pas dgn wajah yg tengah dihiasnya, wajah Nerd yg memang terlihat horror ditambah keadaan dirinya yg kumuh.
"Kapan kau akan berhenti menipu? Dgn berpura-pura cacat layaknya manusia tidak normal seperti ini?" Tanya Kim sambil mengambil gitar yg terletak tak jauh dari teman-temannya.
"Kau jangan menyebutnya menipu. Aku bahkan tidak mencuri, aku juga tidak merampok. ini hanya caraku untuk bertahan hidup" Jawab Nerd menatap sinis kearah Kim.
"Apa kau pikir dgn menghias wajahmu seperti ini, membuat kakimu seolah patah seperti ini bukan menipu? Aku bertahan hidup dgn mengamen, tidak dgn menadahkan tangan berharap orang-orang mengasihaniku. Buktinya aku masih bisa bertahan hidup sampai detik ini" Ucap kim membuat Nerd naik pitam akan ucapannya.
"Kau lupa kim, dulu aku pernah bertahan hidup dgn mengamen sepertimu, tapi aku hampir menemui kematianku karna Orang-orang tak ada yg merasa terhibur dgn suara cemprengku. Bahkan tak sedikit ketika aku mulai mendekati orang2 untuk mengamen orang seolah takut melihat wajahku. Sedangkan kau lelahmu mengamen terbayar karna kelebihanmu memainkan alat musik dan wajahmu tidak membuat orang takut. Apa kau masih akan mengatakan bahwa aku menipu?" Ucap Nerd mulai mendekati Kim yg hanya diam mendengar ucapannya. Yam slalu menjadi penengah ketika kedua sahabatnya ini mulai perang bacot. Inilah alasan mengapa persahabatan ketiga orang ini tak pernah benar-benar terpisah karna pertengkaran, slalu ada penengah diantara mereka.

***
Siapa yang tidak mampu mengikuti waktu seakan tertinggal. Bergerak maju terus tidak mengenal mundur. Berlari dan berlari terus tidak mengenal berhenti. Berhenti hanya untuk menarik napas saja. Iyaa Kim dan Yam baru saja beristirahat siang menikmati es teh manis dalam plastik bening yg mereka pegang, kemudian kembali mengejar bus yang melewati tempat mereka duduk, mereka seolah menepis rasa penat yg mereka sendiri hampir tidak pernah merasakannya karna sudah terbiasa dgn rasa-rasa yg seolah meminta mereka untuk berhenti memaksa kaki mereka untuk berlari. "Kadang hidup tidak berjalan sesuai dengan harapan yang ada, Batu sandungan itu selalu ada, Kadang ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, dan mungkin aku sendiri tidak mengerti mengapa harus ada cerita kehidupan keras seperti ini" Ucap Kim melihat Yam yg terlihat kelelahan dgn mengelap keringat diwajahnya.
"Aku mencintai hidupku karena aku menikmati setiap proses nya, aku bahkan slalu mengucapkan terimakasih pada Tuhan karna sampai detik ini kita masih bisa menghirup udara dgn bebas. Kehidupan yg keras mengajarkan kita akan arti kesabaran Kim, bukankah kau slalu mengatakan hidup bukan untuk mengeluh" Ucap Yam melihat kearah kim yg mulai terlihat mengeluh akan kerasnya hidup yg mereka jalani.
"Kau benar yam, Tuhan tau bahwa kita harus belajar, maka Tuhan memberikan pelajaran yang telah banyak kita pelajari, walau kita harus tertatih pedih, menangis pilu, tetapi semuanya telah kita jalani meski kita hidup mengais mencari makan sendiri tanpa keluarga disamping kita.
Tuhan memberikan ujian, dan telah kita kerjakan dengan baik karena kita tau kita akan mendapatkan hadiah yang besar di balik ini semua. Semangat!!" Ucap kim seolah menyemangati dirinya sendiri, di iringi Yam yg kembali menarik tangan Kim pindah menaiki bus yang lain untuk mengamen lagi.
Bicara soal kehidupan tak pernah ada habisnya karna itulah kehidupan kadang tidak adil dan kadang sangat menyakitkan.

***
Di antara ramainya mobil yang lalu lalang melintas dijalanan terlihat seorang gadis berpakaian sexy bahkan hampir terlihat hanya mengenakan Bra sebagai atasan pakaiannya tengah mengendarai mobil dgn kecepatan cukup kencang, membuat seorang laki-laki yg duduk dibelakang protes karna mual, Entahlah dilihat dari gerak-geriknya tidak pantas disebut laki-laki lebih tepatnya laki-laki keperempuan.
"Pie, jika kau mengendarai mobil seperti ini aku yakin sebelum tiba pada tempat tujuan aku bakal mati dalam perjalanan" Protes laki-laki kemayuan itu pada orang yg disebutnya dgn nama Pie, Pie di iringi Jane yg berada disebelahnya terkekeh bersama tanpa menghiraukan ketakutan peuy.
Pie melajukan mobilnya dgn menambah kecepatannya hingga mobil yg tengah dikendarainya terhenti karna menabrak seorang pejalan kaki yg tengah melintas dijalanan.
Tawa Pie mau pun Jane kini ikut terhenti melihat keramaian yg mulai terlihat mendekati orang yg tergeletak dijalan, Jika saja tidak ada orang menyaksikan kecelakaan ini mungkin Pie akan meninggalkan orang yg ia tabrak tanpa ada kata tanggung jawab, karna pie bukanlah orang yg betanggung jawab suka berbuat sesuka hati tanpa memikirkan orang lain.
Pie ditemani kedua temannya terpaksa membawa orang yg mereka tabrak ke rumah sakit sebagai bentuk tanggung jawab.
"Ini gara-gara kalian, bagaimana jika orang yg kita tabrak mati? siapa yg akan bertanggung jawab?" Ucap peuy panik diruang tunggu rumah sakit.
"Jika kau masih mengeluarkan suara, setelah ini aku akan menabrakmu sekalian. Suaramu membuat otakku tidak bisa berpikir" Ucap Pie terlihat kesal, membuat Peuy kini diam tanpa mengatakan apa pun.
Pie mulai terlihat mondar-mandir menunggu dokter keluar dari ruang operasi, meski terlihat acuh tak dapat dipungkiri Pie pun merasa takut jika orang yg mereka tabrak sampai mati.
Pie tak henti-henti menyatukan kedua telapak tangannya didepan dada tanda berdoa, rasa takutnya mulai terlihat dari mimik wajah imutnya.
'Si pembuat masalah' itu julukan yg melekat pada Pie, julukan yg orang-orang berikan pada Pie, karna memang Pie tak lepas dari masalah-masalah yg ia ciptakan.

***
"Mana kunci mobilmu? Ayah dengar kau menabrak seorang pejalan kaki karna ngebut dijalan, Kau harus ingat pie setelah naik pasti turun, karna hidup tak selamanya naik dan tak selamanya turun, Apa yg kita lakukan hari ini adalah yg akan kita panen di kemudian hari. Belajar lah hidup dgn benar, berlaku lah layaknya perempuan manis, Apakah pantas seorang perempuan ngebut dijalan layaknya brandal jalanan, Bahkan pakaianmu terlihat seperti perempuan di club malam" Ayah Pie menghentikan langkah pie yg akan menaiki anak tangga menuju lantai 2 rumahnya.
"Ayah bicara soal hidup dgn benar, apa ayah dulu hidup dgn benar? Bahkan ayah sering meninggalkan ibu demi kesenangan ayah sendiri. Ayah yg mengajariku hidup seperti ini, ayah yg mengajariku untuk membenci semua laki-laki didunia ini, Bahkan ayah yg mengajariku untuk membenci sosok seorang ayah. Sekarang ayah berlaku seolah menjadi seorang ayah yg tidak pernah melakukan kesalahan? Mungkin jika ibu waktu itu tidak sedang menghadapi kematian ayah tidak akan kembali kerumah ini. Ini ambil lah!" Pie meletakkan kunci mobilnya diatas meja berlalu meninggalkan ayahnya.
"Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa mengubah masa depan dengan belajar dari masa lalu.
Sebaik atau seburuk apapun masa lalu ayah, semua itu sudah berlalu dan ayah sudah tidak tinggal disana lagi. Mau sampai kapan kau menganggap ayahmu ini sebagai musuh?" Ayah pie sedikit berteriak menatap pie menaiki anak tangga tanpa menghiraukannya.
"Jawabannya hanya satu, jika ayah bisa menghidupkan ibu kembali" Ucap pie pelan sembari menatap bingkai photo dikamarnya, bingkai photo sosok seorang ibu, Iyaa pie tengah menatap photo ibunya dgn airmata mulai mengalir dikedua belah pipinya.
"Aku tidak bisa memaafkan ayah, bu.. Aku benci ayah yg membuat ibu harus berjuang sendiri kala itu. Aku tidak bisa melupakan betapa ibu sangat kesakitan kala itu" Ucap Pie mulai memeluk bingkai photo yg ia pegang. Pie menghempaskan tubuhnya diatas kasur pikirannya mulai menerawang kehidupan masalalu yg masih menyisakan luka.

***
Kim menghentikan petikan gitarnya ketika Yam tiba-tiba menarik pergelangan tangannya keluar dari bus kemudian berpindah naik angkot.
"Apa kau pikir kita bisa mengamen didalan angkot?" Kim keluar dari angkot kesal atas apa yg dilakukan yam.
"Ini tentang Nerd, Nerd dirumah sakit, dia mengalami kecelakaan" Ucap yam kembali meminta kim masuk kedalam angkot yg akan membawa mereka menuju rumah sakit tempat Nerd dirawat.
"Aku juga tidak tau, kita akan mengetahuinya nanti dirumah sakit" Ucap yam mengerti arti tatapan Kim.
"Apa kau masih meyakini bahwa caramu bertahan hidup dgn menadahkan tangan berharap orang mengasihanimu, dgn membuat kakimu yg normal menjadi terlihat cacat itu bukan penipuan? Lihat Nerd ini teguran dari Tuhan agar kau mempergunakan anggora tubuhmu untuk bertahan hidup dgn cara halal, Bagaimana jika Tuhan benar-benar membuatmu cacat saat ini? Bagaimana jika Tuhan menunjukan kemurkaannya dgn mengambil nyawamu saat ini? Masih untung kau hanya mengalami beberapa luka jahit, tidak ada yg patah dari anggota tubuhmu" Ucap kim melihat Nerd kini sudah sadarkan diri.
Yam menarik kim keluar dari ruang rawat Nerd tak ingin melihat kedua temannya perang bacot lagi, Yam menemui orang yg tadi menelponnya memberitahu bahwa Nerd mengalami kecelakaan tabrak.
"Ini sebuah kecelakaan kami tidak sengaja menabraknya, kami akan mengganti rugi dgn membayar biaya pengobatannya sampai temanmu benar-benar sembuh" Ucap jane sedikit gugup.
"Apa kau pikir dgn membiayainya saja itu sudah cukup? Siapa yg akan merawatnya selama dirumah sakit? Dia tidak mempunyai keluarga kecuali kami" Ucap kim menatap jane dan peuy secara bergantian. Jane dan Peuy saling pandang satu sama lain.
"Teman kami yg akan merawatnya, kau bisa menghubunginya nanti" Ucap jane tidak punya pilihan lain memberikan nomor ponsel pie pada Kim, yang langsung disave Yam karna Kim tidak mempunyai ponsel untuk menyimpan nomor yg diberikan Jane.
"Baiklah, jika temanmu tidak datang kesini kami bisa saja melaporkan kejadian ini pada kepolisian" Ucap kim mengancam Jane dan Peuy, membuat peuy terlihat ketakutan tengah berbisik-bisik pada Jane.

***
Meski ponselnya berdering berkali-kali Pie masih terlihat enggan untuk membuka matanya, Pie mengambil ponselnya lalu meletakkan ponselnya dibawah bantal yg menjadi pengganjal kepalanya agar tak terdengar suara berisik yg mengusik tidurnya, suara dering ponselnya masih saja terus berdering membuat pagi indahnya membentuk menjadi sebuah amarah kemarahan.
Pie menjawab telpon masuk dgn mata masih terpejam,hanya mulutnya yg tak henti marah-marah karna merasa terganggu.
"Jika anda tidak segera datang kerumah sakit sekarang, aku akan melaporkanmu kepolisian dgn laporan tidak bertanggung jawab atas kecelakaan ini" Ucap orang diseberang telpon membuat Pie kini mulai membuka matanya.
Pie mematikan sambungan telponnya tanpa mendengar lebih panjang lagi ucapan orang diseberang telpon.
Pie menggerutu segera mengambil handuk untuk segera mandi, meski ia mengatakan tidak namun ketakutannya berurusan dgn kepolisian membuatnya harus kerumah sakit untuk menemui pejalan kaki yg ia tabrak.
"Ini benar-benar berlebihan, bukankah kalian bisa merawatnya? Mengapa harus aku? Ini ambil lah dan jangan hubungi aku lagi" Protes pie ketika datang dirumah sakit. Pie mengambil lembaran uang tebal dalam dompetnya, lalu memberikannya pada Kim.
"Anda tau? Tidak semua bisa dibeli dgn Uang.
Uang bisa membeli sebuah rumah,tapi tidak bisa membeli tempat menetap.
Uang bisa membeli sebuah tempat tidur,tapi tidak bisa membeli tidur.
Uang bisa membeli sebuah jam,tapi tidak bisa membeli waktu.
Uang bisa membeli sebuah buku,tapi tidak bisa membeli ilmu.
Uang bisa membeli makanan,tapi tidak bisa membeli nafsu makan.
Uang bisa membeli sebuah jabatan,tapi tidak bisa membeli kehormatan.
Uang bisa membeli darah,tapi tidak bisa membeli kehidupan.
Uang bisa membeli obat-obatan,tapi tidak bisa membeli kesehatan.
Uang bisa membeli asuransi,tapi tidak bisa membeli keamanan. Sekarang belajarlah untuk bertanggung jawab bukan hanya mengandalkan uang dalam segala hal. Anda mungkin orang kaya tapi bukan berarti kami yg miskin ini melupakan arti sebuah tanggung jawab" Ucap Kim menarik tangan Pie masuk keruang rawat Nerd, dan mengembalikan uang yg diberikan Pie padanya.

***
"Kau benar uang bukanlah segala-galanya, namun bukankah segala-galanya butuh uang?" Ucap pie melepaskan pergelangan tangannya yg terasa sakit akibat ditarik paksa Kim.
"Anda benar segala-galanya butuh uang, namun bukan berarti anda bisa menukar tanggung jawab dgn uang" Kim meminta yam mengikutinya keluar meninggalkan Pie sendirian diruang rawat Nerd.
"Apakah dia saudaramu?" Tanya pie pada Nerd setelah Kim dan Yam berlalu meninggalkan ruang rawat Nerd, meski sebenarnya Pie sendiri sangat tidak yakin seandainya Nerd menyebutkan bahwa mereka bersaudara karna tidak ada kemiripan sedikit pun dari keduanya.
"Lebih tepatnya seperti saudara" Jawab Nerd datar. Pie hanya menganggukkan kepalanya, sembari meletakkan ponselnya didekat telinga terlihat tengah menelpon seseorang.
"Kau lihat yam, orang kaya semuanya sama saja slalu mengatakan uang adalah segalanya, padahal uang bukanlah segalanya,tapi segalanya pakai uang itu benar adanya. Namun tidak semua dapat tergantikan dengan uang termasuk sebuah tanggungjawab. Uang bukan satu-satunya sumber kegembiraan.
Faktanya orang bisa merasakan kebahagiaan baik dalam kondisi kaya maupun tidak berpunya. Sebaliknya, orang berpunya dan tidak berpunya juga bisa mengalami rasa tidak bahagia. Walau tak kita sangkal bahwa kita juga membutuhkan uang." Ucap kim masih kesal terhadap Pie.
"Banyak hal yg lebih baik dari sekadar uang contohnya Persahabatan. Tidak bisa dibayangkan bila kita hidup seorang diri dan di mana-mana memiliki musuh. Betapa beratnya hidup yang harus kita jalani. Persahabatan adalah harta yang tidak ternilai karena itulah inti kebahagiaan manusia sebagai mahkluk sosial.
Buktinya aku masih bisa tersenyum bahagia bersama kalian meski aku tak bersama ayah dan ibuku lagi" Kim melanjutkan kata-katanya.
"Apa kau sangat merasa kesal terhadap orang yg menabrak Nerd tadi?" Tanya yam melihat raut wajah kim masih menunjukkan kekesalannya.
"Aahh sudahlah, itu bus-nya lewat" Ucap kim tak ingin membahas hal yg tidak penting dan segera menaiki bus yg melewati mereka.

***
Ketika malam telah tiba meninggalkan siang dengan segala hiruk pikuk aktifitas dunia, hampir bisa dipastikan semua putaran kegiatan menjadi kendur, meredup dan akhirnya berhenti dikeheningan malam.
Sebagian besar manusia memanfaatkannya untuk istirahat menghimpun energi untuk kembali beraktifitas esok harinya tak terkecuali Kim dan Yam mulai melangkahkan kakinya menuju rumah sakit tempat Nerd dirawat ketika malam tiba.
"Hari ini kalian telah bertanggung jawab merawat teman kami, kami mengucapkan terimakasih" Ucap yam tersenyum kearah Pie, Jane dan Peuy. Kim terlihat acuh tidak menghiraukan kehadiran ketiga orang yg telah menabrak Nerd.
Nerd meminta Kim mengantarnya ke toilet karna kebelet buang air kecil, Kim melirik ketiga orang yg masih berdiri didekatnya.
"Tanggungjawab kalian masih beberapa jam lagi untuk hari ini, jadi salah satu diantara kalian siapa yg bersedia menemaninya ke toilet?" Tanya Kim melihat jam yg melingkar dipergelangan tangannya.
Pie menatap Kim dgn tatapan kesal, kemudian Pie beralih menatap kedua temannya.
"Peuy yg akan mengantarnya" Ucap pie tiba-tiba membuat mimik muka peuy berubah.
Peuy tidak mempunyai pilihan kecuali menuruti apa yg dikatakan Pie meski peuy sangat ingin menolak.
Peuy mengantar Nerd menuju toilet sesekali memegang tengkuknya yg mulai merinding, selain keadaan lorong-lorong rumah sakit yg memang terkesan horror, wajah orang yg ditemaninya tak kalah horror membuat Peuy seperti berjalan bersama 'Phi Graseu'.
Peuy melirik Nerd yg berada disebelahnya, Nerd menatap peuy dgn tatapan sulit diartikan karna mimik wajahnya tetap saja datar tanpa ekspresi.
"Apa kau merasa sangat cantik? Bahkan kau hanya seorang 'kathoey'. Aku mengerti arti tatapanmu padaku" Ucap Nerd seolah mengerti ketakutan Peuy padanya.
"Kau mengatakan bahwa aku seperti seorang 'kathoey' setidaknya aku masih berwujud manusia" Ucap Peuy kesal meninggalkan Nerd berjalan dibelakangnya.

***
"Ini benar-benar hari yg sangat menyebalkan, sampai kapan kita mengurung diri kita didalam salah satu ruang rumah sakit ini?" Ucap Pie masuk kedalam mobil Jane di ikuti kedua temannya.
"Ini semua gara-gara kalian, kalau saja kalian tidak ngebut waktu itu, kita tidak akan mengalami kesialan ini" Ucap Peuy membuat Pie dan Jane kini menoleh kearahnya yg duduk dibelakang.
"Oohh karna kami? Baiklah!" Pie kini mulai menginjak gas mobilnya melajukan mobilnya dgn kecepatan tinggi membuat mimik muka peuy berubah pucat.
Setibanya dirumah Pie kini menghempaskan tubuhnya ke atas kasur yang dibalut sprei berwarna putih. Terlihat Jane ikut menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Manik cokelat terangnya menatap langit-langit nanar dgn perasaan kesal sekaligus penat, seharian berada dirumah sakit membuat keduanya merasa jenuh.
"Besok aku tidak akan ikut kerumah sakit. Ini tanggung jawab kalian berdua, karna kecelakaan ini ulah kalian" Ucap peuy keluar dari kamar mandi dgn memegangi perutnya yg masih terasa mual.
Pie dan Jane kini duduk dari posisi berbaringnya, mereka mendekati Peuy dgn tatapan seolah akan menerkam Peuy karna ucapannya.
"Mana solidaritasmu, mana kesetiaanmu dalam berkawan? Kemarin kau mengatakan bahwa solidaritas harus di utamakan" Ucap Jane mulai meletakkan tangan sebelah kanannya diatas bahu Peuy, Dan tangan sebelah kirinya bertolak pinggang.
"Jika kau tidak ikut kerumah sakit besok berarti kau bukanlah seorang kawan" Pie mengikuti gaya Jane dgn meletakkan tangannya dibahu Peuy dan bertolak pinggang, Kini Peuy terlihat seperti bocah yg tengah di premani dua anak perempuan nakal.
"Baiklah aku ikut kerumah sakit" Ucap peuy pada kedua temannya, membuat tawa Pie dan Jane pecah seketika.
"Aku tidak pernah merasa bangga mempunyai sahabat seperti kalian, Kalian slalu membuat nafasku tersendat" Ucap peuy melepas tangan kedua temannya dari bahunya.
"Tapi kami bangga mempunyai sahabat sepertimu" Ucap Pie dan Jane bersamaan menimpuk kepala Peuy dgn bantal.

***
Pagi tiba, gelap lenyap. Kim turun dari bus dan memalingkan amarah dengan syukur. Kim melihat betapa indahnya bagian dari yang selama ini tidak pernah dilihatnya sewaktu lewat jalan terminal.
Dan ini memang pagi yang indah. Kim tidak lagi terganggu dengan aroma penumpang di sebelahnya yang tidur dengan mulut terbuka.
Kim pagi sekali menaiki bus yg membawanya kerumah sakit, karna yam sendirian menunggu Nerd semalaman dirumah sakit.
"Apa kau sudah merasa baikan hari ini?" Tanya Kim pada Nerd.
"Aku ingin pulang, aku rasa tidak ada yg sakit lagi ditubuhku. Aku ingin ikut kalian mengamen, aku tidak akan menadahkan tanganku yg kuat ini hanya untuk meminta-minta mengharap belas kasihan dari orang. Mungkin kau benar Kim ini adalah cara Tuhan menegur kesalahanku" Nerd mencoba berdiri.
"Apa kau baik-baik saja Nerd?" Yam membantu Nerd berdiri, Nerd memperlihatkan senyumnya yg jarang terlihat diwajah datarnya, Nerd menganggukan kepala merasa tubuhnya benar-benar sudah baikan.
Kim mulai membereskan bebarapa barang yg terdapat dalam ruang rawat Nerd tanpa mengIYAkan Nerd akan pulang hari ini.
"Mereka terlihat lagi beres-beres, aku berharap mereka akan membawa si muka horror itu pulang hari ini" Peuy berbisik pada Pie.
"Meski Nerd akan pulang hari ini, ingat tanggung jawab kalian masih ada, kalian harus mengantarnya pulang dan harus merawatnya dirumah" Ucap kim seolah mendengar bisikan Peuy pada Pie.
"Ini melanggar perjanjian" Protes Pie atas apa yg di ucapkan Kim.
"Kapan kita menuliskan perjanjian diatas kertas, Aku bahkan tidak pernah mengucapkan perjanjian denganmu." Ucap kim mulai memberikan tas yg berisi barang-barang Nerd pada Pie.
"Kau pikir aku akan merawatnya dirumah? No no no no.. tidak akan. Perjanjiannya hanya dirumah sakit, kalau sudah sembuh ya tanggung jawab kami selesai, bukan kah begitu?" Pie berbalik mengajak kedua temannya keluar dari ruang rawat Nerd. Dan melemparkan tas ditangannya pada Kim.
"Kalian berdua silahkan pulang" Kim menghadang langkah Pie dan kedua temannya, Kim meminta Jane dan Peuy pulang. Dan menahan pergelangan tangan Pie agar tetap menyelesaikan tanggung jawabnya tanpa kedua temannya.

***
"Apa ini yg dinamakan rumah? Bahkan lebih besar rumah siamese-ku (Nama kucing Pie)" Ucap Pie melihat salah satu rumah kecil diarea terminal.
Kim mengambil tas yg berada ditangan Pie kemudian memberikannya pada Yam, Kim meminta Yam membawa Nerd masuk kedalam rumah kecil mereka.
Kim menarik pergelangan tangan Pie, membawa Pie pada suatu tempat tak jauh dari rumah kecilnya.
"Mungkin kau meyakini dgn banyak uang hidup akan slalu bahagia. Kau salah! mungkin selama ini kau hanya menggunakan uangmu untuk kesenanganmu sendiri, coba kau lihat anak-anak jalanan disana" Kim menunjuk kearah anak jalanan yg tengah mengamen, kemudian mendekati mereka dan kim terlihat memberikan uang receh yg jumlahnya tak seberapa.
"Kau lihat setelah mendapatkan sedikit uang mereka bisa tertawa bahagia, padahal jumlah uang yg aku berikan tidak cukup untuk mereka membeli makan.
Untuk bahagia tidak harus dgn banyak uang, Dan untuk membuat orang lain bahagia sangatlah mudah dengan memberi sedikit uang yg kita punya pada orang yg lebih membutuhkan. Lantas untuk apa punya banyak uang jika kita tidak bisa membuat orang lain bahagia? Kita tidak bisa menikmati kebahagiaan kita sendiri tanpa melibatkan orang lain. Bayangkan seandainya kau hidup sendirian didunia ini, bayangkan kau mempunyai banyak uang. Lantas apakah kau bisa sepenuhnya bahagia? Mungkin kau bisa menikmati uangmu tapi kau tidak bisa menikmati kebahagianmu karna kau merasa sendiri. Hidup ini jelas bukan hanya tentang uang" Ucap kim yg kini kembali mendekati Pie.
Kim kembali menarik pergelangan tangan Pie mengajaknya berjalan ditengah brandal terminal, yg terlihat mulai menggoda Pie.
"Kau lihat mereka menggodamu, karna baju yg kau pakai membangunkan otak nakal mereka, itu sama saja kau mancing disungai yg banyak ikannya dan kau ibaratkan sebuah umpan yg membuat mereka berebutan untuk melahapmu. Apakah uang orang kaya tidak cukup untuk membeli baju dgn bahan yg pas" Ucap Kim mulai menyindir baju seksi yg dikenakan Pie.

***
Kim melepas jaket yg ia kenakan kemudian memakaikannya pada Pie.
"Jaket ini memang terlihat kumuh, Jika di ibaratkan manusia yg hitung melalui usianya jaket ini memang sudah tua. Tapi kau tenang saja aku menyukai kebersihan, jadi jaket ini bersih" Ucap kim menutupi aurat Pie yg terbuka.
"Jika kau membiarkan pusarmu terbuka bebas seperti itu, Aku yakin lalat akan mengira bahwa pusarmu adalah sarangnya dan lalat-lalat itu akan bergumpal mendekatimu, Seperti itulah halnya laki-laki" Ucap Kim mulai memperlihatkan senyumnya.
"Dalam hidupmu terlalu banyak istilah, Bahkan kau masih bisa mengembangkan senyummu ditengah kehidupan seperti ini. Apa kau sangat menikmatinya?" Tanya Pie melihat kearah Kim yg mengembangkan senyumnya ditengah teriknya sinar mentari.
"Bukankah Tuhan menciptakan segalanya untuk kita nikmati? tetapi sayangnya hal itu sering luput dari pengamatan banyak orang. Ini disebabkan keyakinan bahwa sumber kebahagiaan itu ada di luar sana, sehingga banyak orang mengejarnya seperti mengejar kupu-kupu. Banyak orang menyangka bahwa harta yang banyak akan membuatnya bahagia. Mereka memburu kenikmatan dari pemilikan benda-benda, serta kenikmatan indrawi.
Namun ironisnya semakin banyak orang mendapatkannya, semakin berkuranglah kepuasan mereka dan semakin besarlah keinginan mereka untuk mendapatkan lebih dan lebih lagi.
Batas kepuasan mereka adalah langit, yang berarti bahwa mereka tidak pernah menikmati kepuasan dan kenikmatan hidup. Aku slalu menikmati perjalan hidupku meski aku tidak mempunyai banyak uang sepertimu" Ucap Kim menoleh kearah Pie yg terlihat mulai kepanasan.
Kim terus berjalan menyusuri jalan terminal, Pie secara terpaksa tetap mengikuti langkah kaki Kim, meski sebenarnya ia merasa kepanasan.
"Kau akan menunjukkan apa lagi padaku? Tidak lihatkah Kau, Aku kepanasan gara-gara mengikuti langkahmu" Tanya Pie mulai kesal. Kim tidak menghiraukan ucapan Pie ia terus berjalan hingga langkahnya terhenti mendengar teriakan Pie seperti sedang mengumpat ketika ada sebuah angkot ngebut melewati mereka dan menyemburkan sisa air hujan yg telah menjadi becek kearah Pie.
Kim masih memperlihatkan senyumnya kearah Pie, kini pie melototkan matanya menatap Kim.

***
"Benar-benar angkot tidak bertanggung jawab" Ucap pie membersihkan percikan becek yg mengenai bajunya.
"Kau mulai menyebut sebuah tanggung jawab, Apa kau mulai memahami arti sebuah tanggung jawab? Bagaimana perasaanmu melihat angkot itu tetap melaju dgn cepat? Bahkan angkot itu tidak mempedulikanmu" Ucap kim membuat pie mulai berpikir.
"Apakah ini bagian dari caramu mengajarkan arti sebuah tanggung jawab padaku?" Tanya Pie menatap kim dgn tatapan sinis.
"Dari dulu aku berpendapat sebuah pelajaran akan lebih mudah dipahami jika melakukan teori terlebih dahulu kemudian baru melakukan praktek, Tapi sekarang aku mengubah pendapatku bahwa orang akan lebih mudah memahami pelajaran jika melakukan praktek terlebih dahulu kemudian baru melakukan teori. Aku tidak lagi memperdebatkan 'Praktek Lebih Penting' atau 'Teori Lebih Penting'. Sepertinya kedua kubu ini sama-sama penting tergantung cara orang yg memahami arti dari keduanya" Ucap Kim santai, Membuat pie berpikir keras untuk memahami maksud dari ucapan Kim.
"Kemarin aku menjelaskan arti sebuah tanggung jawab padamu hanya dgn sebuah kata-kata tapi sepertinya kau sulit untuk memahaminya, sekarang aku menjelaskan arti sebuah tanggung jawab dgn cara langsung praktek. Bagaimana ketika sopir angkot tadi berbuat seenak jidatnya padamu? Kau kesal kan? melihatnya tetap melaju tanpa menghiraukan bajumu yg kotor karna ulahnya. Bahkan kau mulai menyebutnya tidak bertanggung jawab, Aku rasa sekarang kau mulai memahami arti sebuah tanggung jawab." Kim melanjutkan kata-katanya.
"Aku rasa kau pun jauh lebih memahami arti sebuah tanggung jawab, sekarang kau harus bertanggung jawab, karna kau membuat bajuku kotor seperti ini" Ucap Pie bertolak pinggang menatap Kim.
"Kau benar. Aku senang bisa bertanggung jawab dalam hal ini, Aku harus mengganti bajumu dgn baju bersih, dengan begitu kau tidak memakai baju kurang bahan ini lagi" Ucap Kim menarik tangan Pie menuju rumah kecilnya.
Pie merasa enggan untuk masuk kedalam rumah kecil Kim yg ia perkirakan sama besarnya dgn rumah kucing dirumahnya.

***
"Masuklah! Apa kau pikir tubuhmu lebih besar dari tubuhku? Bahkan tubuhmu sangat pendek, kau juga kurus. Jadi rumah ini cukup luas untuk menampung tubuhmu" Kim sedikit berteriak melihat pie yg masih mematung enggan masuk kedalam rumah kecilnya.
"Jika kau tidak bisa bersikap manis padaku, setidaknya kau bisa berkata manis padaku. Kau benar-benar menyebalkan" Protes pie karna Kim mengatakan bahwa postur tubuhnya pendek dan kurus.
Pie mulai melihat setiap sudut ruang rumah kecil Kim, Pie terperangah melihat suasana didalam rumah kecil Kim yg terlihat sangat rapih tidak sama dgn keadaan luarnya.
"Tapi tetap saja rumah ini terasa pengap, Bagaimana bisa mereka bertahan hidup didalam rumah ini" Ucap Pie mulai mengipas2kan tangannya.
Kim yg tiba2 muncul dari kamar langsung menanggapi ucapan pie dgn kalimat panjangnya.
"Karna kami tau cara menikmati hidup. Apa kau akan bertanya bagaimana cara nenikmati hidup dalam kekurangan2 kami?
Menikmati hidup yang sederhana menjadi kehidupan yg indah. Kau dapat memulainya dengan duduk diam dan tenang, lalu mulai melihat, dan memperhatikan. Bukalah mata dan telingamu seluas-luasnya, dan perhatikan segala sesuatu di sekitarmu. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang saat ini sudah kau miliki? Teruskan pengamatanmu dan kau akan menemukan begitu banyak hal yang selama ini tak pernah kau lihat dan pikirkan. Kita sering menganggap segala sesuatu itu ada begitu saja.
Padahal bahkan tak ada satu helaan nafas pun yang bisa terjadi begitu saja tanpa campur tangan Tuhan. kalau kau terus menghitung-hitung nikmat itu, Kau akan menemukan bahwa selalu saja ada hal yang luput dari pengamatanmu. Bahkan kalau air samudera kita jadikan sebagai tintanya kita tak akan pernah dapat menuliskan nikmat-nikmat tersebut secara lengkap. Kami slalu menikmati, nikmat yg diberikan Tuhan. Meski berupa rumah kecil ini setidaknya kami tidak kehujanan juga tidak kepanasan. Coba kau lihat orang diseberang jalan sana yg tengah tergeletak diatas tumpukan kardus dan memejamkan matanya tanpa atap yg meneduhkan lelapnya. Cara menikmati hidup hanyalah terus melihat kebawah" Ucap Kim sembari menarik Pie melihat kearah luar jendela rumahnya.

***
"Apakah bajunya tidak ada yg berukuran kecil, ini terlalu besar untukku" Pie mengembalikan baju kaos yg diberikan Kim padanya.
"Yang penting aku sudah bertanggung jawab, jika kau tidak mau memakai baju ini berarti kau akan tetap memakai baju kotor itu" Ucap kim mengambil kembali baju yg ia berikan pada Pie.
"Apa kau tidak akan menggantinya dgn baju lain? Kau kan punya teman yg postur tubuhnya tidak jauh beda denganku" Ucap pie berharap kim akan menggantinya dgn meminjam baju yam. Kim tidak menghiraukan ucapan Pie ia terlihat sibuk dgn gitarnya, Pie pun dgn terpaksa mengambil kembali kaos yg tadi dikembalikannya.
"Apa aku boleh masuk kedalam kamarmu? Aku akan mengganti bajuku" Ucap Pie meminta ijin.
"Tidak boleh. Kau bisa menggantinya disini, bukankah disini tidak ada laki-laki" Ucap kim masih sibuk dgn gitarnya.
"Apa kau pikir aku akan mencuri dikamarmu? Bahkan disini tidak ada barang berharga" Ucap pie kesal mulai melepas bajunya dihadapan kim.
"Aku mau mandi, dimana kamar mandinya? badanku terasa kotor karna percikan becek" Ucap pie mulai mendekati kim yg terlihat acuh.
"Disini tidak ada kamar mandi, hanya ada bilik kecil untuk mandi, tapi tenang saja kau tidak akan di intip" Ucap kim mulai melangkahkan kakinya menuju bilik kecil di iringi Pie.
"Apa kau bisa menolongku? Aku tidak bisa melepas kaitan bra-ku" Tanya pie, kim hanya menaikkan sebelah alisnya tanpa menjawab boleh atau tidak.
Pie mulai membelakangi Kim dan mengangkat rambutnya.
Kim menelan ludahnya beberapa kali karna Pie tidak lagi merasa canggung padanya.
"Kau bisa melepasnya sendiri, apakah dirumah kau slalu menyuruh orang lain untuk melepasnya?" Ucap kim membalikkan badannya meninggalkan pie dalam bilik kecil.
"Apakah Kau merasa canggung untuk melepas kaitan bra-ku? Bukankah kau juga seorang perempuan?" Ucap pie membuat kim menghentikan langkahnya dan kembali mendekatinya.
"Apa perlu aku menolongmu melepas celana dalammu sekalian nona manja?" Tanya kim kesal dan mulai melepas kaitan bra yg dipakai Pie.
Pie membalikkan badannya, matanya melotot menatap kim dgn tatapan kesal, Sedangkan Kim masih diam mematung melihat pemandangan dihadapannya membuat tenggorokkannya tiba-tiba terasa kering.

***
Nerd menyaksikan pemandangan bebas dihadapan Kim mulai mengelap cairan merah yg mengalir dari kedua lorong hidungnya.
Pie yg mengetahui kedatangan Nerd mulai sadar dan menutup bagian dadanya yg terbuka dgn kedua tangannya, Pie langsung masuk kedalam bilik dan menutup pintunya, membiarkan Kim yg masih diam mematung.
Nerd mendekati Kim dan menarik tangannya "Apa yg kalian lakukan?" Tanya Nerd mulai mengelap cairan merah yg mengalir dari lubang hidungnya.
"Itu tidak seperti yg kau lihat" Ucap kim sedikit gugup.
"Dia cantik, hanya saja cerewet. Apa kau tidak menyukainya?" Tanya Nerd menatap serius kearah Kim.
"Sepertinya kecelakaan kemarin mulai membuat otakmu tidak waras, aku ini perempuan, dia juga perempuan. Mana mungkin aku menyukainya" Jawab kim sembari menempelkan telapak tangannya di kening Nerd yg ia duga mulai tidak waras.
"Aku bisa membuatnya berada lebih lama lagi disini, membuatnya memperpanjang tanggung jawabnya terhadapku, dengan begitu kau mempunyai banyak kesempatan untuk mengenalnya. Jika kau mau, aku bisa membantumu, bagaimana?" Ucap Nerd seperti memberi penawaran pada Kim.
Kim berlalu keluar rumah tidak menghiraukan ucapan nerd yg menurutnya sangat konyol.
Nerd melihat pie keluar dari bilik tempatnya mandi sudah memakai kaos yg tadi diberikan kim padanya.
"Kemana dia?" Tanya Pie melihat sekeliling rumah hanya ada Nerd.
"Dia siapa?" Nerd balik bertanya.
"Ya Dia yg tadi bersamaku" Ucap pie bingung karna memang belum sempat menanyakan nama kim.
"Aku tidak tau dia siapa yg kau maksud" Ucap nerd yg memang terkadang lambat dalam berpikir.
"Aahh sudahlah, aku tidak tau" Pie mulai terlihat kesal.
"Bagaimana keadaanmu? Aku rasa besok aku tidak harus datang kesini lagi, kau sudah terlihat baik-baik saja" Ucap pie menatap Nerd yg terlihat baik-baik saja.
"Aku belum merasa benar-benar baik, kau lihat ini.. hidungku masih mengeluarkan darah" Nerd berbohong, dan menunjukan sapu tangan yg ia gunakan untuk mengelap darah yg keluar dari hidungnya tadi.
"Berarti setiap hari aku harus datang kesini? Aku tidak yakin aku bisa bertahan seharian tinggal didalam rumah pengap ini" Ucap pie seperti putus asa. Nerd hanya mengganggukkan kepalanya.

***
Cakrawala senja yang indah menawan terlihat beberapa orang yang asyik duduk ditepi danau terminal, terlihat dari kejauhan ada seorang bidadari cantik yang sedang duduk sendirian sepi di tepi pantai memandang indahnya senja disore hari.
"Apa yang kau lakukan di sini." Suara seseorang yang beberapa hari ini sama sekali tak asing ditelinga Pie. Pie mendongak dan mendapatkan Kim dengan senyum ramah menyapanya.
"Aku hanya menunggu malam tiba agar aku bisa segera pulang kerumah, aku seperti tawanan disini" Ucap pie dgn ekspresi wajah kesalnya masih memandang danau yg terbentang luas dihadapannya.
"Tanggung jawab seperti sebuah tugas yang mesti atau seharusnya di selesaikan. Tanggung jawab bukanlah beban, Apa kau menganggap tanggung jawabmu ini sebagai beban?" Ucap kim mulai duduk disebelah Pie.
"Aku tidak menganggapnya sebagai beban, Aku menganggapnya sebagai pembelajaran atas apa yg aku lakukan. Kau tenang saja aku akan menyelesaikan tanggung jawabku sampai benar-benar selesai" Ucap pie menghelah nafas berat seperti sebuah jawaban yg ia paksakan agar kim tidak mengeluarkan kalimat-kalimat panjangnya.
Kim hanya mengangguk-angukkan kepalanya mendengar ucapan Pie.
Senja berjalan santai meninggalkan sore, pada detik waktu yang bisu. KimPie berlalu meninggalkan danau yg mulai sepi karna mentari mulai tenggelam artinya malam akan segera tiba.
Pie meninggalkan rumah kecil yg terletak diarea terminal dgn langkah terburu-buru, Pie mengejar kasur empuknya yg mulai ia rindukan, merindukan ruang kamarnya yg sejuk.
"Sesungguhnya hati setiap manusia itu menjadi rebutan diantara malaikat dan iblis, tinggal bagaimana manusianya itu sendiri untuk menentukan pilihan hatinya akan terus mengikuti iblis atau malaikat" Ucap kim seolah memperingatkan Pie sebelum ia pergi.
"Aku rasa hatiku menjadi rebutan antara malaikat, iblis dan kau. Aku akan menentukan pilihanku padamu. Aku akan melihat sebatas mana kau akan membawaku untuk memahami arti sebuah kehidupan" Ucap pie sebelum melajukan mobilnya.

***
Di sudut toko perempatan lampu merah disekitar terminal, berdiri seorang gadis tampan dengan tubuh menggigil memeluk gitarnya.
Terdiam memandang ke awan malam dengan penuh makna,berharap hujan segera terhenti.
Namun gerimis tak kunjung reda, gadis tampan itu ternganga sembari melindungi gitarnya dari tempiasan gerimis. Waktu berlalu, gerimis telah berhenti dan benar-benar terhenti, terlihat seorang gadis tampan itu berjalan melintasi trotoar dan terhenti di bawah lampu merah. Mengangkat gitar dan memainkannya, entah apa yang ia ucapkan. mungkin ia seorang pengamen, dengan gitar yang ia bawa seorang diri sembari komat kamit seperti menyanyikan sebuah lagu, Benar ternyata dia seorang pengamen, dia adalah Kim tanpa ditemani yam yg biasanya menemaninya ngamen ketika siang hari, Kim memakai celana robek-robek dibagian tertentu pada celananya yg berwarna hitam dengan kaos oblong putih dilengkapi dgn topi yg ia kebelakangkan menempel dikepalanya, terlihat beberapa pengemudi memberikan ia sejumlah uang ribuan.
Mukanya yang tampan dengan rambut ala-ala aktor korea, tak meyakinkan bahwa ia adalah benar benar seorang pengamen karna wajah charmingnya begitu menawan untuk disebut seorang pengamen.
Iya memang tak biasanya kim mengamen dimalam hari, Entah lah kali ini kim terlihat melupakan malam sebagai waktu untuk melepaskan penat.
Kim menerima uang lima puluh ribuan sebanyak lima lembar dari seorang pengemudi yg tidak membuka kaca mobilnya, Kim mengetuk kaca mobil pengemudi tersebut dgn perasaan heran, belum pernah ia mendapat uang sebanyak itu ketika ngamen.
"Khawp khun kha" Ucap kim ketika seorang wanita cantik terlihat dari balik kaca mobilnya yg hanya terbuka setengah. Wanita cantik itu hanya tersenyum tetap menatap kearah jalan.
Kim berpikir sejenak melihat uang yg ia terima dari wanita cantik bak seorang peri tak hanya berparas cantik juga berhati baik.
"Aku seperti pernah melihat wajah itu" Ucap kim setelah mobil mulai lalu lalang meninggalkan lampu merah yg kini telah berubah menjadi warna hijau.
Kim meninggalkan jalanan menuju rumah kecilnya yg terlihat di area terminal masih ada beberapa orang tengah bermain kartu sambil menikmati kopi sebagai pelengkap.

***
Setengah jam yang lalu pie terbangun oleh suara jam beker yang meraung diatas meja yg terdapat tak jauh dari ranjangnya. Dengan malas pie bangkit dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi. Rambutnya berantakan dan mencuat ke segala arah.
Kemarin sore pie tertidur dengan rambut basah. Pie tidak pernah bangun sepagi ini, Biasanya ia berlama-lama di dalam kamar sampai seorang asisten rumah tangga berteriak memanggilnya.
Dia tidak pernah bangun awal seumur hidupnya, selain karena hendak ke salon.
Tentunya hari ini pie tidak sedang hendak ke salon tapi dia mengingat tanggung jawabnya terhadap orang yg ia tabrak tempo hari belum selesai.
Pie melajukkan mobilnya menuju kearah terminal dgn kecepatan tinggi, jarak yg seharusnya ditempu 1jam dari rumahnya Pie hanya butuh waktu 30 menit untuk tiba diterminal.
Pie menginjak rem kuat-kuat saat tiba di area terminal, menghasilkan suara berdecit keras yang membuat beberapa kepala menoleh dengan raut wajah bertanya. Pie keluar dari mobil tanpa berani memandang mata-mata yang masih menatapnya heran.
"Kalian mau kemana? Bukankah kau belum benar-benar sembuh?" Tanya pie melihat Nerd dan Yam sudah berada dihadapannya dgn membawa gitar yg biasa dibawa kim.
"Dia memintamu untuk menggantikannya? pasti dia belum bangun" Ucap pie pada nerd. Langsung masuk kedalam rumah kecil itu mencari sosok Kim.
"Kau berkata seolah kau menjunjung tinggi arti tanggung jawab, tapi kau malah membiarkan orang sedang sakit untuk menggantikanmu, benar-benar keterlaluan" Ucap pie melihat kim masih berbaring diatas kasur tipisnya.
"Jika kau ingin pulang, pulanglah! Nerd sudah sembuh tanggung jawabmu selesai" Ucap kim pelan tanpa membuka matanya yg masih terpejam.
"Baguslah berarti aku tidak perlu ke tempat ini lagi, tapi kau benar-benar keterlaluan kedua temanmu bekerja kau malah enakan tidur. Mana tanggung jawabmu pada orang yg baru sembuh dari kecelakaan?" Ucap pie jengkel karna kim masih menutup matanya.
Kim tetap saja tak bergeming dari posisinya berbaring, membuat Pie benar-benar merasa di acuhkan. Bahkan Kim tidak mengeluarkan kalimat2 panjangnya untuk menanggapi setiap ucapan Pie.

***
Pie mendekati kim dilihatnya terdapat kain kompres dikeningnya menandakan bahwa kim sedang sakit.
Pie mulai berjongkok menatap kening kim yg terasa sangat panas "Apa kau sedang sakit?" Tanya pie pada kim.
"Tidak. Aku hanya sedikit migrain" Jawab kim dgn mata enggan terbuka.
Pie mulai mengganti beberapa kali kompres dikening kim, cukup lama panasnya kemudian mulai turun. "Kau belum pulang?" Tanya yam melihat pie masih berada dirumah kecil mereka, Pie hanya menganggukkan kepalanya.
"Bagaimana keadaanmu?" Yam beralih menatap kim yg mulai duduk dari posisi berbaringnya.
"Bagaimana? Apakah dia membuat orang takut?" Kim balik bertanya pada yam, yam menyunggingkan senyumnya.
"Bahkan hari ini dia punya tips baru dalam mengamen" Ucap yam mulai melirik Nerd yg berada disebelahnya.
"Kau pasti tidak mempercayainya, ketika mengamen Nerd menebar teror yang membuat orang jadi merasa takut dan kemudian terpaksa memberi uang padanya, dgn begitu Nerd dapat banyak uang dari hasil ngamennya hari ini" Yam melanjutkan kata-katanya yg membuat kim mulai tertawa sembari memukul kepala Nerd yg masih dgn ekspresi kakunya.
Pie ikut tertawa bersama ketiga orang yg baru ia kenal beberapa hari ini lewat sebuah kecelakaan.
"Terimakasih kau telah menjaga kim" Ucap yam beralih menatap Pie, Pie menganggukkan kepalanya lalu mengulurkan tangannya pada yam.
"Pie" Ucap pie singkat menyebut namanya, yam menjabat tangan pie lalu menyebutkan namanya.
Pie melakukannya pada Nerd kemudian pada kim.
"Aku sudah tau namamu" Ucap kim merasa enggan mengulurkan tangannya.
"Tapi aku belum tau namamu" Ucap pie masih mengulurkan tangannya.
"Kim" Ucap kim dgn terpaksa mengulurkan tangannya.
Setelah beberapa hari pie bertemu bahkan mengobrol dengan ketiga orang yg kini bersamanya baru hari ini pie berkenalan secara langsung dgn ketiganya.
"Sepertinya kalian butuh sedikit hiburan untuk merefresh diri kalian, bagaimana kalau kita jalan-jalan" Ucap pie menatap ketiga orang yg sedang bersamanya.
"Itu hanya akan membuang2 waktu saja" Ucap kim ketus. Membuat ekspresi yam dan nerd yg tadinya kegirangan mendengar kata jalan-jalan kini seperti patah harapan mendengar jawaban kim.

***
"Kau pikir dgn menerorku dgn tatapan horrormu itu aku akan pergi membuang waktuku bersama kalian? Aku tidak mau" Ucap kim tegas melihat Nerd yg mulai menatapnya dgn tatapan horrornya.
"Bukankah kau sendiri yg bilang padaku bahwa hidup tidak hanya tentang uang, untuk apa kau mengumpulkan banyak uang jika pada akhirnya kau tumbang karna kelelahan. Lihat kondisimu sekarang" Pie mencoba membujuk Kim.
"Kami tidak biasa membuang waktu kami dgn hura-hura seperti yg kau lakukan" Ucap kim tetap pada pendiriannya.
"Ini bukan sekedar untuk hura2 hanya saja kalian perlu menemukan sedikit kebahagiaan dari dunia luar, ini hanya untuk menghibur diri dan melepas penat. Apa kau tidak penasaran dgn dunia luar? Sepertinya kau hanya bergelut dalam dunia terminal yg seperti tidak ada kehidupan ini" Ucap pie mulai jengkel.
"Kebahagiaan itu laksana seekor kupu-kupu, Kejarlah maka ia akan lari darimu. Duduklah dengan tenang maka ia akan hinggap di pundakmu. Inilah analogi yang sederhana namun begitu indah mengenai kebahagiaan.
Duduk dengan tenang adalah gambaran terbaik menikmati hidup. Bukankah keindahan itu terbentang luas di dalam diri kita? Bukankah sumber kebahagiaan terletak dalam relung-relung hati kita yang terdalam? Jadi buat apa kita membuang waktu untuk mencari kebahagiaan diluar sana, karna kebahagian sejatinya datang dari hati, tidak tergantung pada tempat yg akan kita tuju" Ucap kim mulai dgn teorinya.
"Kau mulai keras kepala dgn teorimu, jika kau belum keluar dari area terminal ini aku rasa kau akan membatu dgn teori-teorimu yg tidak semuanya benar. Kali ini aku percaya bahwa praktek lebih penting. Kau bilang kebahagiaan tidak perlu dikejar, bagaimana seandainya sepanjang hidupmu kau hanya menghabiskan waktu dgn tidur tidak bekerja juga tidak ada usaha untuk bertahan hidup. Apa kau pikir uang akan jatuh dgn sendirinya dihadapanmu?
Bagaimana seandainya kau terkurung dalam sangkar yg pengap kemudian kau hanya diam tidak ada usaha untuk membebaskan diri, apa kau pikir kau akan terbebas dgn sendirinya dari sangkar tersebut. Mungkin kau akan menikmati sisah umurmu dalam penderitaan terkurung, kemudian mati sebelum meredeka dari penderitaanmu" Ucap Pie meniru gaya bicara Kim.

***
"Baiklah biarlah teori menjadi milik ahli teori, dan pengalaman menjadi milik ahli pengalaman.
Kali ini kau yang memenangkan perdebatan, tetapi tidak membuatku merasa terkalahkan. Aku hanya menyukai caramu memaksaku" Ucap Kim seperti memberi jawaban IYA pada pie.
Yam dan Nerd yg sedari tadi menundukkan kepalanya kini mulai mengangkat kepalanya menatap wajah kim seperti ingin meyakinkan ucapan kim.
"Aku menyukai caramu menerima tawaranku" Ucap pie mengikuti kalimat Kim.
"Kami menyukai cara kalian" Ucap yam dan nerd bersamaan kemudian gelak tawa dari ke empat orang yg mulai terlihat akrab itu pecah seketika.
Sore sudah berlalu cahaya kuning menyelimuti ufuk barat senyum matahari masih terlihat setengah, Pie mulai melajukkan mobilnya seperti kecepatan anak panah yg terlepas dari busurnya, sepertinya jiwa anak brandalan yg suka ngebut dijalanan tidak bisa hilang dari dalam diri Pie.
"Tadi Van mencarimu" Ucap ayah pie ketika pie menaiki anak tangga menuju kamarnya. Seperti biasa Pie tidak menghiraukan ucapan ayahnya.
Pie mulai mengusap layar ponselnya, pie memulai obrolan dengan Jane dan Peuy. Pie mengatakan bahwa besok ia akan mengajak kedua temannya tersebut untuk menemaninya jalan-jalan bersama Kim kedua temannya.
"Apa kau mulai akrab dengan mereka?" Tanya jane lewat sambungan telpon yg masih tersambung.
"Tidak akrab, hanya saja aku merasa sedikit bersalah pada mereka" Jawab pie asal.
Jane mengIYAkan ajakan pie begitu pun dgn Peuy sebelum mereka mengakhiri sambungan telpon masing-masing.
Terlihat ditempat lain Kim, yam dan nerd sedang menikmati angin malam dgn alunan suara gitar yg dihasilkan dari petikan jemari Kim yg memang cukup mahir dalam memainkan gitarnya.
"Aku berharap aku menemukan laki-laki idamanku diluar sana" Yam seperti tengah memikirkan laki-laki idamannya.
"Aku rasa aku akan menemukannya besok" Sambung nerd yg langsung dapat protes dari Kim, kim menghentikan petikan gitarnya melihat kedua temannya seolah tenggelam dalam khayalan mereka.
"Bagaimana denganmu kim? Apa kau punya ketertarikan pada laki-laki? Atau bahkan perempuan?" Tanya yam tiba2 sadar dari khayalannya.
Kim meninggalkan kedua temannya tanpa menjawab pertanyaan yam.

***
Dari kejauhan terlihat kim dan kedua temannya dgn penampilan mereka yg terlihat berbeda sedikit rapih dari hari-hari biasanya.
Hingga ada sebuah mobil yg berhenti dihadapan mereka, Jika biasanya Kim dan kedua temannya menunggu sebuah bus yg akan mereka naiki untuk mengamen, kini Kim dan kedua temannya masuk kedalam sebuah mobil sport keren yg dikendarai seorang wanita berpenampilan modis lengkap dgn kacamata yg ia kenakan, Iyaa itu adalah Pie yg tengah menjemput Kim dkk.
"Dunia luar memang sangat indah pie" Ucap yam menikmati setiap pemandangan yg mereka lalui.
"Sekarang kau percaya kan bahwa praktek lebih penting. Dgn melakukan praktek kita akan langsung memahami teorinya" Ucap pie melirik kim yg berada disampingnya.
"Tetap saja dgn teori orang akan lebih mudah memahami ketika akan melakukan praktek, itu namanya proses. Bukankah proses itu sebuah perjalanan yg indah" Ucap kim masih dgn teorinya, tanpa menoleh kearah Pie yg masih menyetir.
"Jangan terlalu menikmati sebuah proses kim, karna ketika kau terbuai keindahan proses yg kau jalani mungkin kau enggan untuk terus bergerak, kau akan melupakan tujuan utamamu" Ucap yam ikut dalam perdebatan KimPie.
"Bukankah segala sesuatu harus dinikmati setiap detik perjalananya, tau apa kau tentang sebuah proses" Ucap kim melempar yam dgn topi yg sedari tadi menempel dikepalanya.
"Meski aku tak begitu mengerti ini namanya sebuah proses, atau teori atau bahkan praktek. Yang pasti aku menikmati perjalanan ini, menikmati angin jalanan yg terasa begitu sejuk" Ucap Nerd polos yg tak memahami makna perdebatan KimPie dan Yam.
"Itu namanya kau baru mengetahui arti keindahan setelah kau melewatinya Nerd. Itu artinya.... " Ucap pie tersenyum sengaja tidak melanjutkan kata-katanya.
"Aku mengerti Pie" Ucap yam seolah sependapat dgn Pie.
"Ini dimana? Bukankah kau bilang kita akan jalan-jalan?" Tanya nerd ketika pie menghentikan mobilnya disebuah halaman rumah.
"Ini rumah temanku, kita akan jalan-jalan bersamanya" Jawab Pie langsung masuk kedalam rumah Jane.
"Bukankah kau... oh skrg aku mengingatnya" Ucap kim setelah melihat jane membuka pintu untuk mereka.
"Iyaa aku jane" Jane mengulurkan tangannya pada Kim dan kedua temannya.

***
Jane meminta pie untuk menjemput peuy karna kecepatan pie dalam menyetir mobil tidak akan memperlambat perjalanan mereka, sedangkan kim dan yam kini ikut bersama jane menuju tempat yg akan mereka tuju.
"Aku seperti mengingatmu malam itu, tapi aku ragu. Aku kira kau seorang peri yg tengah melakukan penyamaran" Kim membuka percakapan dgn sedikit candaan.
"Apa kau biasa ngamen dimalam hari?" Tanya jane tetap fokus pada jalanan yg mulai terlihat macet.
"Tidak. Hanya malam itu ketika kau melihatku" jawab kim singkat.
"Malam itu aku melihatmu seperti seorang peri" kim melanjutkan kata-katanya sembari tersenyum menatap jane yg masih fokus menyetir.
"Apa kau sedang menggombalinya?" Bisik yam mulai maju mendekatkan posisinya dgn Kim yg duduk didepan bersebelahan dgn jane.
"Aku tidak menggombalinya dia memang seperti peri" Ucap kim berbisik mengikuti yam.
Jane memarkirkan mobilnya diarea parkiran mall dan terlihat Pie, Peuy dan Nerd sudah berada lebih dulu diparkiran.
"Apakah kita akan mempermak penampilan mereka seperti dalam film-film?" Tanya peuy yg dijawab anggukkan kepala oleh Pie dan Jane.
"Sepertinya di dunia ini laki-laki sudah mulai punah, tadinya aku berharap pie mengajak seorang laki-laki, yang ada malah laki-laki setengah perempuan itu lagi" Nerd berbisik pada yam sesekali melirik peuy yg berjalan tak jauh darinya.
"Aku yakin meski dipermak penampilannya tidak akan berubah, hanya takdir Tuhan yg bisa merubahnya" Peuy mulai menyindir nerd karna ia mendengar bisikan nerd pada yam. Yam hanya tertawa mendengar kedua makhluk aneh yg mulai perang bacot.
"Kami akan merubah penampilan kalian agar terlihat lebih fresh" Ucap pie menatap Kim, yam, dan nerd secara bergantian.
"Aku tidak mau! Aku menyukai Aku apa adanya seperti ini" Kim menolak tawaran Pie.
"Ini hanya untuk membuat agar kalian terlihat sedikit fresh" Ucap jane tersenyum kearah kim.
"Ini berlebihan, terlalu mengikuti drama dalam film-film" Kim tetap menolak.
"Jika kau menolak peri dalam diriku akan berubah menjadi penyihir jahat" Jane mengeluarkan sedikit kalimat ancaman.
"Baiklah! Terserah kalian saja" Ucap kim pasrah.
Pie, Jane dan Peuy memulai aksi mereka seperti dalam film-film.

***
Kim diam terpaku melihat penampilan barunya didepan kaca tidak hanya setelan pakaiannya yg baru, gaya rambut dan wajahnya terlihat lebih fresh.
Pie, Jane dan Peuy kontan terperangah. Benar-benar terperangah melihat penampilan terbaru Kim, Peuy mulai memutar-mutar tubuh kim seolah mencari celah ketidak sempurnaan dari penampilan barunya.
"Sempurna" Ucap Peuy bertepuk tangan heboh sendiri.
"Aku hampir tidak mempercayai ini, bahkan aku kalah cantik" Peuy beralih mendekati yam yg terlihat lebih cantik dgn penampilan barunya.
Pie bahkan tidak mengalihkan pandangannya pada Kim, ia melupakan kedua teman kim yg juga dgn penampilan barunya.
"Boleh aku menyimpan nomor ponselmu?" Ucap kim mulai berani mendekati Jane yg tengah sibuk dgn ponselnya.
"Tentu saja" Jawab jane singkat tersenyum menatap kim.
Kim mendekati yam mengambil ponsel yam untuk menyimpan nomor ponsel Jane.
Kim menyimpan nomor ponsel jane dgn nama '
นางฟ้าที่สวยงาม' (Peri Cantik).
Kim tidak menyukai sesuatu yg berlebihan tapi kali ini kim terlihat sedikit berlebihan dgn kata-kata 'Peri Cantik' yg diketiknya terkesan kuno.
"Kau bilang kau menyukai sebuah proses tapi bahkan kau terlalu to the point" Ucap pie sedikit menunjukkan ekspresi ketidaksukaannya terhadap apa yg dilakukan Kim.
"Bukankah kalian bilang sebuah proses hanya akan memperlambat" Ucap kim tersenyum seolah mulai mengikuti kalimat Pie.
"Sudah ku bilang hanya takdir Tuhan yg bisa mengubah wujudnya" Peuy tertawa dgn gaya kemayuannya melihat penampilan baru Nerd nyaris tak ada perubahan. Nerd melotot dgn tatapan terornya kearah peuy, membuat peuy seketika menghentikan tawanya dan mulai menjauh dari nerd.
KimPie tidak melanjutkan perdebatannya karna melihat ekspresi wajah peuy yg berubah seketika.
"Tapi setelah dipikir-pikir kalian mempunyai kecocokan peuy" Ucap jane tertawa di iringi KimPie dan juga yam.
"Kita cocok? Kau membuatku merinding saja" Ucap peuy memayunkan bibirnya sembari menggigi-gigit kukunya sesekali melirik nerd yg berada tak jauh darinya.

***
Jika biasanya Pie hanya bersama kedua temannya mengitari mall, kali ini terlihat seperti segerombolan genk yg tengah menyerbu mall.
"Van kau disini" Sapa Jane melihat Van berada dalam mall yg sama dengannya.
"Aku bosan dirumah. Oh ya Pie beberapa malam ini aku tak melihatmu diacara party club" Ucap Van sembari menatap Pie yg berada disamping Jane. Pie hanya melemparkan senyumnya kearah Van.
"Bolehkah aku bergabung dengan kalian? Aku akan menjadi penjaga gawang dalam tim kalian" Lanjut Van tertawa kecil melihat rombongan Pie yg jumlahnya bahkan melebihi jumlah tim Futsal.
Jane menjawab iya pada Van yg memang terlihat sedang sendirian.
"Aku belum pernah melihat mereka sebelumnya" Van melihat Kim, yam dan nerd. Jane memperkenalkan ketiga teman barunya pada Van.
"Mengapa kau memilih film horror? Bukankah selama ini kita lebih sering menonton film romantis?" Protes peuy melihat judul film yg dipilih Jane adalah sebuah film horror yg berjudul 'Shutter'.
Selain Peuy, Kim kini terlihat gelisah dgn film yg dipilih Jane, tapi Kim tidak mengeluarkan protesnya.
"Kami menyukai film horror" Ucap yam dan nerd spontan saling pandang seolah tengah mengerjai Kim.
Tak lama mereka menunggu kini giliran mereka masuk kedalam studio bioskop untuk menikmati film yg akan mereka tonton.
Yam dan Nerd seperti menahan tawa melihat Kim yg terlihat setengah pucat dibalik remang2 lampu yg mulai dimatikan pertanda film akan segera diputar.

Satu jam kemudian mereka menikmati film yg dipilih Jane sosok menyeramkan mulai muncul dalam tayangan membuat pergerakan refleks Kim memeluk Pie yg berada disamping kanannya.
"Bukankah kau bilang segala sesuatu harus dinikmati" bisik Pie tersenyum menang melihat Kim ketakutan.
"Inilah yg disebut sebuah proses harus dijalani, meski tidak ada kenikmatan didalamnya" Ucap kim masih memejamkan matanya.
Lampu didalam studio bioskop mulai menyalah artinya film sudah berakhir, keadaan didalam studio pecah karna teriakan histeris Peuy ketika menoleh kesamping didapatinya muka kaku Nerd nyaris menyerupai sosok menyeramkan didalam film yg selesai mereka tonton.
Beberapa mata tengah tertawa melihat kearah peuy membuat Peuy kini sadar bahwa yg dilihatnya adalah Nerd.

***
"Kau percaya kan bahwa dunia luar bisa membuat otak sedikit mencair" Ucap pie ketika mengantar Kim, yam dan Nerd kembali keterminal.
"Otakku mencair bukan karna kau membawaku pada tempat-tempat tadi, Aku mencair karna seseorang bukan tempatnya" Ucap kim kemudian turun dari mobil pie di ikuti yam dan nerd.
"Terimakasih, aku berharap kau akan membuktikan lebih banyak lagi pada kami bahwa praktek lebih penting daripada teori" Ucap yam berharap pie akan membawa mereka ketempat lain lagi. Pie tersenyum menganggukkan kepalanya pada yam kemudian melajukkan mobilnya meninggalkan terminal.
"Apa kau menikmati film yg tadi dipilih peri cantikmu?" Tanya yam seperti tengah meledek kim.
"Aku rasa kim tidak menikmatinya yam, kau lihat tadi bahkan kim tidak pernah melihat kearah bioskop" Ucap Nerd ikut meledek Kim.
"Apa kalian berpikir bahwa aku takut? Aku bahkan setiap hari melihat sosok yg ada dalam film tadi dirumah ini, untuk apa aku takut, aku sudah biasa menyaksikannya" Ucap Kim membuat Nerd kini merapatkan posisi duduknya dgn yam.
"Apakah kau slalu melihat penampakkan yg tak pernah kami lihat dirumah ini?" Tanya Nerd mulai menerawang keadaan rumah mereka.
"Iyaa aku melihatnya setiap hari dan sekarang aku melihatnya dihadapanku" Ucap kim dgn mimik wajah seriusnya.
"Kau tidak ada bedanya dgn laki-laki setengah perempuan itu" Ucap Nerd wajahnya kembali membeku tanpa ekspresi.
Yam menahan tawa melihat ekspresi nerd yg tiba-tiba berubah setelah mendengar ucapan Kim.
Kim mulai memejamkan matanya, Namun matanya sulit untuk terpejam suara jangkrik saling bersahutan membuat suara bising disekitar terminal membuat Kim semakin sulit untuk memejamkan matanya.
Kim tenggelam dalam bayangan2 yg tak ia mengerti, Ia tengah mengingat bayangan orang yg disebutnya dgn sebutan 'Peri Cantik' Entahlah.. terlalu cepat jika hal ini disebut cinta, lantas? jika bukan cinta mengapa Kim berlebihan mengingat sosok yg bahkan sangat baru dikenalnya.
Biarkan waktu yg akan menjawab karna ini adalah sebuah proses, proses Kim untuk memahami hatinya.
Malam teduh perlahan akhhirnya membuat pikiran Kim lebih tenang dan Kim mulai terlelap dalam peraduan di gelapnya malam menanti datangnya Sinar mentari pagi.

***
Pagi sejuk kembali menyapa. Seperti pagi yang sebelumnya, ia tak pernah ingkar untuk datang, pelan-pelan merayap, membuka selimut mimpi lembar demi lembar.
Sebagian dari manusia bahkan ada yang menjalani saja hidup ini dengan rela. Sekedar menggelindingkan roda.
Biarlah kaki melangkah mengikuti hidup yang mengalir tahap demi tahap.
Tapi tidak bagi Kim karna hidup adalah nikmat dari Tuhan yg harus diperjuangkan hingga Tuhan akan mengakhiri perjalanan hidupnya.
Demikian ketat, keras dan kejamnya menjalani kehidupan membuat orang terkadang saling baku hantam. Lupa akan ayah, ibu, anak, saudara dan teman. Namun, nyatanya tidak bagi Kim ia tidak pernah melupakan kedua temannya yg kini telah menjadi bagian dari keluarganya.
Mungkin yang bisa mengatasi setiap konflik yg terjadi dalam kehidupan hanyalah waktu. Waktu yang tidak diketahui ujung dan pangkalnya.
Akankah waktu berhenti berdetak menghentikan langkah semangat dari Kim yg tengah berjuang keras untuk bertahan hidup.
Kim kembali dgn aktifitasnya mengamen dari satu bus ke bus yg lain, langkahnya terhenti saat didapatinya salah satu dari penumpang bus yg membawanya adalah orang yg ia kenal.
"Kau pernah bilang akan mengajarkan arti sebuah kehidupan padaku" Ucap seorang gadis ketika Kim menaiki bus.
Kim mengerutkan keningnya tidak mengerti ucapan orang yg kini berdiri hadapannya.
"Aku akan ikut kalian mengamen" gadis itu melanjutkan kata-katanya dgn menyunggingkan senyum dibibirnya.
"Kami tidak kekurangan anggota" Kim menolak sedikit acuh dgn gadis yg masih berdiri dihadapannya.
"Kau boleh ikut bersama kami, aku rasa itu akan lebih baik" Yam mengIYAkan tanpa ijin dari Kim.
"Lihat pakaianmu, akan mengundang banyak mata keranjang" Ucap kim menatap baju yg dikenakan gadis dihadapannya.
"Kau bisa meminjamkan jaketmu, jika kau tak ingin melihatku jadi pusat perhatian mata keranjang" Ucap gadis dihadapan Kim tersenyum menatapnya.
"Aku tidak akan meminjamkan jaketku lagi, hari ini sangat panas" Ucap kim ketus.
Bus yg membawa Kim tiba-tiba mengerem mendadak membuat Kim kini seperti akan terjatuh, kini posisi kim memeluk gadis yg sedari tadi berdiri dihadapannya,dan tanpa sadar bibir kim menempel dileher gadis dihadapannya.

***
"Maaf" Hanya kata-kata itu yg di ucapkan kim pada gadis yg secara tak sengaja dipeluknya.
Kim melangkahkan kakinya turun dari bus di ikuti beberapa orang dibelakangnya.
Kim menepi menunggu bus yg akan melewati mereka, matahari mulai terasa menyengat kulit.
Kim mengipas-ngipaskan topinya, gadis yg sedari tadi mengikuti Kim mulai mengelus-elus kulitnya yg mulai tersengat matahari.
"Ini pakailah" Ucap kim melepas jaketnya dan memberikannya pada gadis tersebut.
"Bukankah kau kepanasan?" Ucap gadis disamping Kim, merasa enggan menerima jaket yg diberikan Kim padanya.
"Itu tidak penting. Jika kau tidak memakai jaket ini mata-mata keranjang akan menikmati lekuk tubuhmu pie" Ucap kim menyebut gadis disampingnya dgn nama Pie.
"Apa itu artinya aku boleh ikut kalian hari ini?" Tanya pie menatap kim penuh harap.
"Aku yakin meski aku mengatakan 'tidak' kau akan tetap mengekoriku hari ini" Ucap kim memakaikan topinya dikepala Pie.
"Aku yakin ini adalah proses penyatuan hati" bisik yam pada nerd melihat Kim yg terlihat acuh namun cukup peduli pada Pie.
Kim menarik pergelangan tangan pie saat ada sebuah bus yg melewati mereka, Kim mulai memetik gitarnya menyanyikan lagu demi lagu disetiap bus yg dinaikinya seolah tak pernah ada kata lelah.
Entahlah ini sudah bus keberapa yg dinaiki KimPie, yam dan nerd.
Mulai terlihat peluh keringat diwajah pie, ia menepis rasa lelahnya demi satu tujuan yg diajarkan kim padanya memahami arti sebuah kehidupan.
Tidak pernah pie menghabiskan waktunya berhari-hari berada dalam sebuah bus yg cukup menguras tenaganya.
"Ternyata cukup melelahkan" Ucap pie saat mereka tengah duduk beristirahat siang.
"Inilah kehidupan Pie..
Hidup ini memang keras. Kehidupan ini hanyalah untuk orang-orang kuat yang mampu bertahan hidup. Hidup ini hanya diperuntukkan untuk orang-orang yang tegar dalam menjalaninya. Siapa yg lemah menjalani hidup mereka yg tak mampu menghadapi tekanan, tak mampu untuk bertahan, tak mampu untuk menahan rasa sakitnya cobaan yang ditemui maka mereka akan tersingkir dari kehidupan." Ucap kim mulai dgn kalimat2nya.
"Bagaimana dengan orang kaya, Yg bahkan tak pernah merasakan kerasnya kehidupan seperti ini" Ucap Pie menatap lekat kim.

BERSAMBUNG...........

Author: thebutterfl1es_

0 komentar:

Post a Comment